Kairo-, Senat Mahasiswa
Fakultas Ushuluddin bekerja-sama dengan PPMI Mesir atas dukungan KBRI Kairo sukses menjalankan pertemuan pertama Pelatihan Terjemah
Intensif, Jumat 9 Maret 2018 bertempat di Aula KM-NTB Mesir. Sesi pengantar
dirancang berlangsung selama dua hari berturut-turut, selanjutnya diikuti follow-up
pertemuan rutin mingguan. Acara ini dihadiri 30 peserta sesuai batas kuota, mempertimbangkan efektifitas.
Panitia acara mengundang Ustadz
M. Abdul Rauf, Lc., Grad. Dipl, senior yang sudah kenyang pengalaman dalam
dunia penerjemahan, yang kini menjadi praktisi terjemah dan editor pada Keira Publishing.
Pada pertemuan pertama, Cak
Rouf, sapaan akrab tutor mengapresiasi semangat panitia penyelenggara atas
inisiasi kegiatan ini. Walaupun di satu sisi, mensinyalir potret intelektual pelajar
masisir yang di ambang krisis terhadap kemampuan yang bisa ditekuni secara ototidak.
"Tapi selagi di Kairo, mari kita lampiaskan semua kekurangan-kekurangan
untuk kita reduksi, sebelum kembali dan mengabdi di tanah air lalu banyak
memperlihatkan aib di sana." Sebab, menurut fakta lapangan, lahan penerjemahan
tidak bisa dipisahkan dari alumni timur tengah, entah untuk menerjemahkan teks
maupun terjemah fauri pidato-pidato masyaikh dari timur tengah.
Selanjutnya pemateri memberikan
pengantar yang menggelitik bagi audiens untuk menyelami dunia menerjemah
melalui slide yang ditampilkan pada layar LCD projector, karena sederet manfaat baik duniawi maupun ukhrawi. "Banyak
motif kawan-kawan menekuni bidang ini, yang banyak di masisir adalah untuk
survive dari kesulitan ekonomi. Termasuk dulu saya." Katanya menceritakan
pengalaman awal. "Namun yang terpenting dari itu adalah kita ikut
menyemarakkan geliat keilmuan dan tentunya mendapat pahala." Tutur
kandidat magister kelahiran Blitar itu.
Praktisi Terjemah di Keira
itu mengingatkan, menerjemah tidak sesimpel yang dibayangkan karena harus melibatkan
potensi-potensi pendukung. Gramatikal semata tidak cukup untuk mampu memahamkan
orang lain. Dibutuhkan kejelian mencari padanan kata, akurasi makna dan memami
konteks. Bahkan penerjemah perlu menguasai kehidupan, alur pemikiran dan
psikologis penulis untuk diolah dan direproduksi mewakili keinginannya.
Melalui slidenya, secara
rinci pemateri memaparkan tantangan-tantangan penerjemah yang harus
diselesaikan. Lalu metode terjemah yang baik, agar pembaca bisa membaca karya
terjemahan dengan nyaman tanpa merasa yang dibaca adalah terjemahan, dengan
tetap setia pada gagasan penulis.
Acara ditutup dengan
praktik menerjemahkan majalah Al-Azhar. Hasil terjemahan peserta dipresentasikan
kemudian langsung dikoreksi dan evaluasi oleh pemateri. "Berkumpul
mengadakan acara seperti ini tidak akan berbuah positif banyak tanpa latihan dan praktik berkelanjutan." Pungkasnya.
Hari kedua akan di adakan
hari ini Sabtu, 10 Maret 2018 di tempat yang sama. Siaran langsung bisa disaksikan melalui akun instagram Senat Ushuluddin.
Rep: Muhammad Zainuddin
Komentar