Kairo - Nadwah Azhariyah dan Takrim Mutafawwiqin berhasil dilaksanakan pada Sabtu (14/10) dengan baik di Masjid Al-Azhar tepatnya di Riwaq Al-Abbasyi. Dihadiri oleh ulama Al-Azhar di antaranya adalah Dr. Khalid Sa’id Al Basyuni, Dr. Jamil Ibrohim Tu’ailib, dan Dr. Ahmad Ali Hammam hafidzahumullah.
" تحدي المتخرج بعد
انتهاء الدراسة"
Sebagai tema
Nadwah Azhariyah tahun ini yang memiliki makna yaitu: Tantangan Mahasiswa Al-Azhar
setelah kelulusan. Kata-kata tersebut memiliki makna bahwa setelah kita
lulus nanti bukan berarti kita sudah terbebas dari kata “menuntut ilmu”. Namun,
itulah awal tantangan kita sebagai Mahasiswa Al-Azhar. Kegiatan ini bermoto “Berjiwa Azhary dan Berprestasi” menjadi do’a bagi
mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar, agar kita sebagai Mahasiswa yang tidak hanya menjadi
manusia berprestasi namun juga mampu bermanfaat bagi bangsa dan agama.
Dipandu oleh
Affan Zaini acara dimulai tepat pada pukul 10.30 WLK. Dibuka dengan pembacaan lantunan ayat
suci Al-Qur’an oleh Muhammad Fatih Fikri Rabbani kemudian diteruskan
dengan sambutan dari Ketua Divisi Keilmuan SEMA-FU, Harun Naufal.
Dalam sambutannya, dia menjelaskan
bahwa Universitas Al-Azhar adalah Universitas tertua kedua di dunia. Keberadaannya sangat
berjasa bagi umat muslim dan agama Islam. Al-Azhar juga menyebarkan kebenaran dan
risalah-risalah Islam di dunia. Dia menyampaikan salah satu tujuan diadakannya acara
ini adalah untuk menumbuhkan jiwa Azhary yang optimis dan akademis. Diikuti oleh 98
peserta Takrim
Mutafawwiqin, 63 di antaranya adalah peraih predikat Mumtaz atau cumlaude. Dia juga berharap agar mahasiswa-mahasiswa
Al-Azhar khususnya Mahasiswa Fakultas Ushuluddin kelak dapat menyebarkan risalah-risalah Islam seperti pendahulu yang pernah ada.
Acara selanjutnya, sambutan dari Dr.
Khalid Sa’id Al Basyuni, selaku Amid Kuliyah Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar menjelaskan
bahwa penyebaran Islam di Indonesia terjadi salah satunya melalui perdagangan.
Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk dengan mayoritas Islam terbesar di
dunia dan diperkirakan Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun
30H/651M melalui peran utusan Khalifah Ustman bin Affan. Ia mengatakan
“لذا كن فخوراً
بكونك طالباً إندونيسياً” yang memiliki makna: Maka, banggalah kalian menjadi pelajar
Indonesia.
Al-Azhar merupsksn Universitas tertua dan dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam di dunia yang bermazhab Ahlusunnah Wal Jamaah. Meskipun di Al-Azhar terdapat berbagai golongan, namun Al-Azhar tetap pada satu mazhab yaitu Ahlusunnah Wal Jamaah.
Dilanjutkan sambutan dari Dr. Jamil Ibrohim Tu’ailib. Salah satu Syeikh Al-Azhar ini mengatakan bahwa, jika suatu saat kita menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan agama, jawablah dengan jawaban wasatiyah karena kita adalah mahasiswa Al-Azhar. Yang dimaksud wasatiyah adalah berada di jalan tengah. Universitas Al-Azhar sudah dikenal sebagai benteng wasatiyah Islam.
Sambutan yang terakhir dibawakan oleh Dr. Ahmad Ali Hammam.
"أزهر الشريف
المؤسسة العلمية أزهرية، وصفية، متعقدة" Al-Azhar Asy-syarif adalah
lembaga ilmiah yang bersifat deskriptif dan kompleks, ucapnya di awal sambutan.
Ia menekankan juga bahwa akhlak seseorang itu sangat penting, Bahkan akhlak
adalah periode pertama dalam Islam. Akidah itu tersimpan di dalam hati, sedangkan
akhlak dapat terlihat dari perilaku seseorang.
Tiba di acara Takrim Mutafawwiqin,
pemberian apresiasi kepada para mahasiswa Ushuluddin yang memperoleh nilai
tinggi. Penyerahan sertifikat kepada peserta Takrim Mutafawwiqin, disambung
dengan perfotoan bersama Dr. Kholid Sa’id Al Basyuni, Dr. Jamil Ibrohim
Tu’ailib, dan Dr. Ahmad Ali Hammam.
Berikutnya, acara ditutup dengan
pemberian penghargaan kepada Dr. Kholid Sa’id Al Basyuni, Dr. Jamil Ibrohim
Tu’ailib, dan Dr. Ahmad Ali Hammam. Semoga acara di tahun selanjutnya bisa
lebih baik dari tahun ini.
Reporter: Zulfa Rasyidah
Editor: Mutiara Jannati Rahma
Komentar