Langsung ke konten utama

Superioritas Absolut terhadap Pemahaman Islam: Problematika Perbedaan Pendapat Umat Beragama Islam Menurut Kitab Al Munqidz min Al-Dholal


Superioritas Absolut terhadap Pemahaman Islam: Problematika Perbedaan Pendapat Umat Beragama Islam Menurut Kitab Al Munqidz Min Al-Dholal

oleh Intan Nur Faizah

Agama Islam merupakan agama yang sempurna serta memiliki syarat dan ketentuan yang mengikat untuk seluruh umatnya. Segala sesuatu yang ada di kehidupan ini sudah diatur kaidahnya oleh agama Islam. Mulai dari perilaku yang sangat dasar seperti etika ketika makan, bersin, hingga perilaku yang sangat kompleks. Semua syarat dan ketentuan tersebut tidak lain dan tidak bukan untuk menunjukkan serta menuntun umatnya agar senantiasa berada pada jalan  yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. 

Nabi Muhammad SAW diutus ke atas muka bumi ini dan dihadiahkan kepada seluruh umat manusia atas rahmat Allah SWT sebagai pembawa kabar kembira dan petunjuk kepada kebaikan, serta sebagai penyempurna akhlak seluruh umat manusia. Segala sesuatu yang erat kaitannya dengan Nabi Muhammad SAW pastilah baik hakikatnya. Pengutusan Nabi Muhammad SAW adalah bukti bahwasannya Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin. Mengapa begitu? Karena pada hakikatnya, Nabi Muhammad tidak hanya diutus kepada sekelompok orang atau etnis tertentu melainkan untuk seluruh umat yang ada di muka bumi ini. Sasaran dakwah nabi sangatlah luas mulai. Dari pemuka suatu kerajaan, saudagar-saudagar kaya, bahkan kepada para anak kecil serta para janda sekalipun. Dengan risalah kenabian inilah yang dapat mengubah perilaku manusia dari zaman yang sangat gelap gulita menuju pelita yang terang benderang, dan dampaknya bisa dirasakan hingga saat ini.

Jaminan yang diberikan Allah SWT kepada orang–orang yang mengikuti risalah kenabian ini dengan sempurna adalah keselamatan dan kenyamanan hidup yang tiada tara. Tidak ada seorang manusia pun yang enggan akan janji Allah SWT tersebut. Perjalanan dakwah Nabi yang sangat panjang serta diwarnai rintangan kini telah mencapai puncak kesuksesan. Seiring berjalannya waktu, penganut agama Islam telah mencapai jutaan bahkan milyaran jiwa di berbagai penjuru dunia. Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh World Population Review, sekitar 1,8 miliar populasi dunia adalah pemeluk agama Islam. Bahkan, terdapat beberapa negara yang memiliki penduduk dengan persentase keislaman sebesar 100% seperti : Maldives, Arab Saudi, dan Mauritania.

Perkembangan jumlah pemeluk Islam yang semakin meningkat dan mencapai puncak eksistensi di kalangan umat manusia membawa dampak positif dan negatif yang sangat banyak di tatanan kehidupan. Dampak positif dari pesatnya jumlah penduduk muslim di dunia adalah banyaknya penerus risalah kenabian yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, dibalik kejayaan yang telah dirasakan oleh penduduk muslim di muka bumi ini terdapat suatu ketimpangan yang dirasakan oleh umat muslim itu sendiri. Semakin banyak jumlah kuantitas pemeluk agama islam tidaklah menafikan adanya perbedaan pendapat serta permasalahan yang ada padanya. Setiap kelompok mengunggulkan kelompoknya masing–masing serta menjatuhkan kelompok lainnya. Hal ini juga telah jelas digambarkan pada kitab Al-Munqidz min Ad Dholal, bahwasannya Allah SWT memberikan cahaya keimanan pada seluruh umatnya, akan tetapi umatnya sendirilah yang membeda–bedakan serta memecah belah persatuan dan menjatuhkan antar sesamanya.

Tidak hanya dalam kitab tersebut saja, bahkan dalam firman Allah SWT surat Al- Mu’minun ayat 53 pun telah dijelaskan bahwasannya para pengikut Nabi Muhammad SAW terpecah belah menjadi beberapa golongan dan mereka akan merasa bangga dengan golongan mereka masing-masing. Ayat tersebut ditafsirkan kembali dalam suatu hadist Nabi : “Akan terpecah belah umatku menjadi 73 golongan dan hanya satu yang golonganlah yang akan masuk ke dalam surga.”

Mayoritas umat beragama Islam sering salah mengartikan arti hadis ini dan berakhir dengan membenarkan kelompoknya dan menjatuhkan satu sama lain. Luasnya kalam Allah SWT serta hadis–hadis Nabi Muhammad SAW tidak cukup ditafsirkan dan dipahami dengan satu ilmu dan penafsiran saja. Banyak makna tersirat yang tak semua umat beragama Islam memahami dan mengerti tentang itu. Kenyataannya, pemaknaan hadis tersebut dapat diartikan dengan makna yang sangat luas, bahwasannya umat Nabi Muhammad SAW itu terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu  umat dakwah dan umat ijabah. Pengertian dari umat dakwah itu sendiri adalah kelompok yang wajib disampaikan dakwah kepadanya, dimana seluruh umat manusia termasuk kedalam kelompok itu sendiri. Sedangkan umat ijabah itu adalah umat yang telah berhasil didakwahi dan mengikuti semua yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Hadits ini diperkuat kembali dengan hadist yang lainnya : “Barangsiapa yang berkata kalimat Laa Ilaha Illallah maka ia akan masuk ke dalam surga.” 

Berdasarkan pemaparan diatas, jumlah penganut agama islam yang terus bertambah mengakibatkan munculnya berbagai macam variasi pemahaman terhadap Islam itu sendiri. Terbentuknya beberapa golongan yang memecah persatuan Islam dan saling menyalahkan satu sama lain adalah akibat dari dangkalnya pengetahuan mereka terhadap pemaknaan suatu hadis dan firman Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua hadis dan firman Allah SWT dapat diartikan dengan satu penafsiran dan satu bidang ilmu saja. Hal tersebut dapat menjadi alasan yang kuat untuk kita sebagai pelajar, khususnya di bidang agama untuk terus mendalaminya sampai kita mumpuni, lalu mengajarkannya sehingga dapat membawa banyak manfaat untuk diri kita dan lingkungan sekitar kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan p...

10 Prinsip Dasar Ilmu Mantiq

 كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة ونسبة وفضله والواضع # والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى # ومن درى الجميع حاز الشرفا      Dalam memahami suatu permasalahan, terkadang kita mengalami kekeliruan/salah paham, karena pada tabiatnya akal manusia sangat terbatas dalam berpikir bahkan lemah dalam memahami esensi suatu permasalahan. Karena pola pikir manusia selamanya tidak berada pada jalur kebenaran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan seperangkat alat yang bisa menjaga pola pikirnya dari kekeliruan dan kesalahpahaman, serta membantunya dalam mengoperasikan daya pikirnya sebaik mungkin. Alat tersebut dinamakan dengan ilmu Mantiq. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengulas Mabadi ‘Asyaroh - 10 prinsip dasar -  ilmu Mantiq. A.  Takrif: Definisi Ilmu Mantiq      Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) da...

10 Prinsip Dasar Ilmu Tauhid

A. Al-Hadd: Definisi Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang bisa meneguhkan dan menguatkan keyakinan dalam beragama seorang hamba. Juga bisa dikatakan, ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan dan metode yang bisa mengantarkan kita kepada keyakinan tersebut, melalui hujjah (argumentasi) untuk mempertahankannya. Dan juga ilmu tentang cara menjawab keraguan-keraguan yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan menghancurkan agama Islam itu sendiri. B. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Tauhid Ada beberapa pembahasan yang dijelaskan dalam ilmu ini, mulai dari pembahasan `maujud` (entitas, sesuatu yang ada), `ma’dum` (sesuatu yang tidak ada), sampai pembahasan tentang sesuatu yang bisa menguatkan keyakinan seorang muslim, melalui metode nadzori (rasionalitas) dan metode ilmi (mengetahui esensi ilmu tauhid), serta metode bagaimana caranya kita supaya mampu memberikan argumentasi untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Ketika membahas ent...

10 Prinsip Dasar Ulumul Quran

A. Ta’rif/Definisi Ulumul Quran      Ulumul Quran merupakan kumpulan masalah dan pembahasan yang berkaitan dengan Alquran.  B. Maudhu’/Objek pembahasan Ulumul Quran        Ulumul Quran adalah satu disiplin ilmu yang fokus membahas masalah-masalah Alquran. Mulai dari pembahasan Nuzulul Quran, penugmpulan ayat-ayat Alquran, urutan ayat, bayanul wujuh (penjelasan tentang peristiwa yang mengiringi turunnya suatu ayat Alquran), Asbabun Nuzul, penjelasan sesuatu yan asing dalam Alquran, dan Daf’us syubuhat (menjawab keraguan yang mempengaruhi  keeksistensian Alquran), Dsb. C.  Tsamroh/Manfaat mempelajari Ulumul Quran Dalam kitab Ta’limul Muta’allim syekh Az-zarnuji mengungkapkan; bahwa setiap usaha pasti membuahkan hasil tersendiri. Adapun hasil dari mempelajari Ulumul Quran adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peristiwa yang mempengaruhi Al quran dari masa baginda nabi Muhammad SAW. hingga sekarang.  2. Mege...

10 Prisnsip Dasar Ilmu Nahwu

A.      Takrif: Definisi ilmu Nahwu Dalam pembahasan ini, definisi ilmu Nahwu bisa diketahui dari dua hal: 1.       Secara Etimologi (Bahasa). Lafaz An-nahwu setidaknya memiliki 14 padanan kata. Tapi hanya ada 6 makna yang masyhur di kalangan para pelajar; yakni Al-qoshdu (niat), Al-mitslu (contoh), Al-jihatu (arah tujuan perjalanan), Al-miqdaru (nilai suatu timbangan), Al-qismu (pembagian suatu jumlah bilangan), Al-ba’dhu (sebagaian dari jumlah keseluruhan). النحو Terjemahan Padanan kata Niat النية Contoh المثل Arah الجهة Nilai, Kadar المقدار Bagian القسم Sebagian البعض 2.       Secara Terminologi (istilah). Dalam hal ini Ilmu Nahwu memiliki 3 pengertian:  a) Ilmu Nahwu adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui kondisi yang terletak di akhir suat...