“Jika engkau tidak bisa menaklukkan Kairo, maka engkau yang akan ditaklukkannya”, begitu ungkapan pepatah Arab yang sering kita dengar sebagai mahasiswa Indonesia di Kairo. Maknanya dalam dan cukup menampar, terutama untuk menyadarkan kembali niat dan tujuan awal pertama kali menapaki Negeri Piramida ini.
Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu kehormatan sekaligus tanggung jawab yang tidak mudah, di
mana kita mempunyai peran dan kewajiban
serta amanah lebih besar yang harus diemban demi kemaslahatan umat dan masyarakat di masa
depan. Masa transisi dari siswa menjadi
mahasiswa yang hanya terjadi sekali seumur hidup tanpa bisa terulang untuk yang kedua kalinya,
seharusnya cukup untuk membuat kita
sadar untuk menginvestasikan waktu mereka untuk sesuatu yang bernilai tinggi dan berarti.
Menyandang status sebagai mahasiswa artinya berani menjadikan peningkatan kapabilitas diri sebagai
prioritas, juga ikut berperan menjadi
agen kebaikan dalam ranah yang lebih luas. Terutama mahasiswa di
luar negeri karena mereka dianggap lebih
kompeten dan siap menyongsong perubahan
di bumi pertiwi kelak. Aspek tersebut dilihat dari segi mental, tekad, dan kemauan kuat yang tertanam dalam
diri mereka sehingga mereka rela
meninggalkan keluarga dan kampung halaman demi menuntut ilmu yang lebih tinggi dan ke sumber yang
lebih dalam lagi.
Terlebih di era milenial seperti
sekarang yang membuka banyak jalan
menuju hal tersebut sehingga lebih mudah dijangkau dan diakses. Kita bisa menuntut banyak ilmu, mencoba banyak hal
baru, berkarya, dan meningkatkan banyak skill dengan biaya yang lebih murah,
juga dengan cara dan waktu yang lebih
efisien dan efektif.
Namun mengapa fakta yang terjadi di lingkungan mahasiswa Indonesia di Mesir (selanjutnya Masisir)
malah menunjukkan sebaliknya? Mengapa
grafik produktivitas mereka belum bisa maksimal? Kenapa hal ini bisa terjadi? Dan bagaimana kita mencari
jalan keluar untuk meningkatkan
produktivitas mereka dan membantu mereka mempersiapkan diri menjadi duta Azhar kebanggaan Indonesia?
Produktivitas dan Iman
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai studi produktivitas di Masisir, kita perlu tahu dulu apa itu produktif dan produktivitas.
Produktif adalah kegiatan yang orientasinya pada hasil atau manfaat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) disebutkan bahwa pengertian
produktif adalah kata sifat yang menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan atau mendatangkan suatu hal baru
atau manfaat baru.
Jika konteksnya adalah kita sebagai Mahasiswa, maka kata
produktif ini mengarah pada
aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang pembelajaran kita di kuliah. Seperti membaca,
menghafal, menulis, diskusi, dan
sebagainya. Mahasiswa yang produktif adalah mereka yang mampu bekerja dengan cerdas, fokus pada tujuan, dan
meluangkan waktu hanya untuk hal-hal
yang berkualitas demi mencapai hasil yang optimal.
Sedangkan produktivitas adalah satuan ukurnya. Ia yang
menilai apakah suatu produksi sudah
mencakup tiga unsur penting di dalamnya
atau belum, yaitu efisiensi, efektivitas, dan kualitasnya.
Namun tak banyak yang tahu, bahwa produktivitas ini sangat
erat kaitannya dengan iman. Syekh Nabil
pernah berpesan pada kami saat
menyetorkan hafalan Al-Qur’an bahwa semangat yang tinggi merupakan bagian dari iman. Jadi jika kita sedang
kehilangan semangat, coba cek kembali
keadaan iman kita. Karena sebagai muslim yang baik, seharusnya keberadaan iman mampu membawa kita menjadi
muslim yang produktif dan berprestasi.
Produktif VS Sibuk
Saat kita mencoba produktif, artinya kita sedang berusaha
untuk mencapai tujuan. Namun, seringkali
seseorang yang produktif dianggap
sebagai orang yang sibuk. Padahal produktif dan sibuk merupakan dua
hal yang berbeda.
Meski memang tampak serupa, mereka sebenarnya tak sama. John Spencer, editor
Pop Culture and Society seperti dilansir
digitalmarketinginstitute.com menjelaskan, ada empat hal yang bisa menggambarkan secara sederhana perbedaan
sibuk dan produktif, yaitu:
1. Sibuk itu panik, sedangkan
produktif itu fokus.
2. Sibuk didorong oleh perfeksionisme, sementara produktif
didorong oleh tujuan.
3. Sibuk berarti bekerja keras, sementara produktif bekerja
cerdas. 4. Sibuk adalah tentang menjadi baik dalam segala hal, akan tetapi produktif adalah tentang menjadi hebat dalam
beberapa hal penting.
Memahami Lebih Dalam Problematik Masisir
Sejak tahun 2018 lalu, terjadi pembludakan jumlah Masisir yang cukup hebat. Dari yang biasanya hanya ratusan orang per tahun, menjadi lebih dari dua ribu orang per tahunnya. Bahkan menurut data yang diambil dari Sistem Informasi Manajemen Bank Data (SIMBADA) PPMI Mesir dan diolah berdasarkan sumber data Biro Data dan Statistika PPMI Mesir dan data terbaru kekeluargaan, jumlah Masisir per tanggal 10 Desember 2022 mencapai 11.227 orang. Itu merupakan angka yang sangat fantastis dan akan semakin bertambah setiap tahunnya.
Jumlah ini cukup membuat banyak pihak kewalahan. Alasan utamanya karena jumlah populasi senior tidak
berbanding lurus dengan populasi junior
dan tidak semua senior merasa mampu untuk membimbing para junior. Maka itu menyebabkan ketika para
mahasiswa baru berdatangan, mereka pun
terlepas.
Tidak pernah ada yang menyangkal betapa semangatnya para Mahasiswa baru (selanjutnya Maba) yang datang
ke Mesir untuk belajar. Semangatnya
sangat membara, dan hal itu menjadi sangat bagus apabila ia menemukan wadah bertumbuh yang tepat.
Namun ketika semangat yang berkobar itu
kehilangan arahnya dan ia kebingungan harus melangkah ke arah mana, di situlah awal mula keambyaran
itu terjadi.
Harapan yang dirajut dengan indah di tanah air seketika tercerai
berai berantakan. Mereka tidak tahu harus ke mana, melakukan apa, membaca buku apa, berguru ke masyayikh yang mana, atau datang ke tempat belajar yang dimana. Semuanya abu-abu.
Lalu akhirnya mereka memilih melupakan
tujuan awal dan melakukan hal semau yang mereka
ingin lakukan, seperti scroll social
media tak kenal waktu, bermain game,
atau maraton nonton drama korea.
Keambyaran itu biasanya terjadi di tahun pertama. Setelah itu,
jika ia merasa hampa dan tertampar, ia
akan bangkit dan melawan. Ia akan
berusaha dan berjuang untuk bangkit dan keluar dari zona nyaman.
Namun jika sebaliknya yang terjadi,
itulah yang berbahaya. Apabila setelah ia merasa tidak produktif ia memilih untuk pasrah
dengan keadaan dan malah melanjutkannya
dan menikmatinya.
Miris, khawatir, dan risau pastinya dirasakan ketika melihat
keadaan mereka. Padahal dahulu Ibu
Pertiwi melepas mereka dengan sejuta harapan
dan prasangka baik bahwa mereka akan memaksimalkan masa studinya dengan ilmu dan hal-hal yang positif.
TIGA ALASAN RENDAHNYA PRODUKTIVITAS MASISIR
Ada tiga alasan paling mendasar yang penulis simpulkan melalui
riset dan survei dari sebagian Maba dan
penulis rangkum sebagai berikut:
Pertama, dari faktor internal individu tersebut. Seperti belum menemukan tujuan hidup, belum mengenal diri sendiri, dan faktor traumatis yang mempengaruhi psikologi mereka tentang dunia luar.
Kedua, dari faktor eksternal dan lingkungan. Seperti
terbatasnya jangkauan bimbingan dan
arahan yang ia butuhkan dari senior, juga minimnya informasi yang sampai kepadanya, serta
lingkungan tempat tinggal yang kurang
kondusif untuk menuntut ilmu.
Ketiga, dari faktor kesadaran diri bahwa menjadi mahasiswa
Al-Azhar adalah kesempatan yang sangat
berharga, sehingga setiap detik yang kita
miliki di sini benar-benar sangat mahal dan bernilai.
Banyak Masisir yang mengira, bahwa menjadi anak beasiswa Al-Azhar hanyalah mereka yang biaya hidupnya ditanggung oleh
Al-Azhar. Dikarenakan mereka mengira
bahwa kuliah di Al-Azhar gratis dan hanya perlu
membeli diktat kuliah sendiri dan membayar daftar ulang kuliah yang
hanya sekian ratus pound Mesir saja
setiap tahunnya.
Mereka tidak sadar, bahwa sebetulnya biaya kuliah di Al-Azhar
itu sangat mahal. Dilansir dari
kiiky.com yang menyebutkan tentang 10
Universitas paling murah di Mesir, Al-Azhar menjadi salah satu
universitas swasta yang disebutkan
dengan biaya sekitar $1000 untuk siswa lokal dan $2500 untuk siswa asing per tahun. Yaitu
senilai dengan 15 juta hingga 37,5 juta
rupiah per tahun, atau senilai 30.000 pound hingga 75.000 pound per tahun-nya. Wow, angka yang cukup fantastis.
Namun Al-Azhar memberikan beasiswa dan subsidi biaya kuliah khusus untuk pelajar agamanya terutama bagi
pelajar asing, dengan tujuan agar duta Azhar semakin banyak dan misinya dapat
tersebarkan ke seluruh pelosok dunia
tanpa terkecuali. Al-Azhar berharap di tengah pemikiran dunia yang semakin memanas ini, mereka mampu
menjadi pelita di tengah kegelapan, juga
menjadi penengah di tengah masyarakat.
Adapun jika kuliah di Al-Azhar di jurusan umum dan bukan melalui
jalur beasiswa penuh, maka siap-siap
saja untuk membayar biaya kuliah dengan
biaya yang aslinya. Seharusnya jika memahami ini dengan baik, kita mampu
lebih menghadirkan rasa bertanggung-jawab dengan beasiswa yang diberikan dan memaksimalkan waktu di Mesir ini dengan
baik.
JALAN PINTAS MENUJU MASISIR YANG PRODUKTIF
Lalu sumbangsih apa yang bisa kita berikan untuk meningkatkan produktivitas Masisir yang sudah semakin
kritis ini? Setelah melakukan pengamatan
cukup panjang terhadap keadaan Masisir selama beberapa tahun terakhir, penulis merangkumnya menjadi
satu jawaban besar, yaitu
seluruh Masisir harus bergandengan tangan bersama-sama untuk membuat strategi dan yang tepat dan kesiapan untuk mengeksekusinya. Ini akan menjadi gebrakan besar baru 2023 Masisir lebih produktif!
Bagaimana strateginya? Setiap orang harus mengambil peran masing-masing sesuai dengan keahliannya. Ada
tiga langkah besar yang penulis anggap
bisa menjadi awal yang baik untuk diperjuangkan bersama.
Pertama, PPMI merekrut 150-200
Masisir yang punya jiwa merangkul dan
berkompeten untuk bertanggung-jawab terhadap
perkembangan akademik Maba pada tahun pertamanya di Mesir. Setiap orang yang terpilih ini bertugas merangkul
dan mengayomi 10-15 orang saja namun benar-benar
dipegang erat. Setiap pekan ada bimbingan
intensif dan pengarahan untuk bisa mengenali diri dan potensinya.
Juga untuk evaluasi progres yang mereka
sudah capai dan pengisian buku “Masisir
Planner” yang akan penulis jabarkan lebih rinci di poin berikutnya. Bimbingan ini akan berjalan selama setahun.
Dan ini juga menjadi bentuk follow up dari ORMABA yang diadakan
setiap tahunnya agar lebih optimal.
Adapun 150-200 Masisir yang direkrut sebagai musyrif/ah itu nantinya juga
akan mendapat kesempatan kelas upgrading khusus
sebulan sekali bersama seorang pakar
untuk peningkatan kualitas diri mereka dan
bekal materi dan informasi untuk disampaikan ke para Maba. Tak hanya terbatas dalam akademik, namun juga dalam
aspek lain seperti kesehatan mental,
manajemen waktu, dan lain-lain.
Langkah pertama ini terinspirasi dari role model paling sempurna di
muka bumi, Baginda Nabi Muhammad SAW yang sangat mendukung kemajuan pendidikan Umat Islam. Dibuktikan
dengan syarat penebusan tawanan perang
yang dipraktikan langsung oleh Baginda adalah dengan cara mereka harus mengajarkan baca-tulis
kepada anak-anak untuk menebus dirinya.
Maka diharapkan perekrutan 150-200 Masisir pilihan demi kebaikan masa depan
Maba berikutnya menjadi langkah awal yang baik
untuk memutus rantai yang berulang setiap tahunnya bahwa Maba tidak diarahkan oleh seniornya.
Kedua, PPMI membentuk dua tim
yang berisikan orang-orang yang ahli
dalam bidang literasi, desain grafis, dan bisnis untuk mengambil peran dalam proyek berikutnya.
Tim pertama membuat buku panduan paling lengkap untuk Masisir dan
buku Masisir Planner. Ini bukan sekedar buku pengenalan Mesir yang biasa dibagikan saat ORMABA, melainkan buku
yang mencakup QnA seluruh informasi yang dibutuhkan oleh
Masisir. Mencakup tentang Al Azhar secara jami’
dan jami’ah, dunia perkuliahan
dan tips sukses menghadapi ujiannya,
serba-serbi ijroat, pendaftaran
beasiswa, talaqqi, kepengurusan visa,
menghafal Al-Quran, sejarah dan wisata di Mesir, tempat-tempat yang direkomendasikan untuk
mengasah skill dan olahraga, dan masih banyak lagi.
Buku ini dirasa penting untuk dijadikan proyek karena selama ini informasi yang beredar selalu keluar saat momentumnya saja dan tidak pernah didokumentasikan menjadi satu buku yang utuh. Padahal hal tersebut selalu berulang setiap tahunnya. Maka diharapkan buku ini menjadi salah satu solusi untuk penyebaran merata dari terbatasnya informasi yang bisa di0dapatkan Masisir. Buku yang dikeluarkan resmi dari lembaga PPMI dan menjadi pegangan rekomendasi paling pertama untuk mendapatkan informasi paling valid dan lengkap.
Tim kedua membuat buku “Masisir Planner” yang menjadi media Masisir untuk membantu mereka menemukan
tujuan hidup dan menyusun target dan
jadwal kegiatan harian, pekanan, bulanan, dan tahunan mereka. Tujuannya tentu untuk menjadikan hidup mereka
lebih produktif. Buku ini yang akan
menjadi bahan evaluasi bersama musyrif/ah
dalam upgrading bersama para Maba
setiap pekan. Sedangkan untuk selain Maba, mereka bisa mengevaluasi diri mereka sendiri ataupun
mencari senior lain untuk memantau
progres mereka.
Orang yang mahir menulis bertugas mengumpulkan informasi dan merangkai data dan kata agar disajikan dengan
bahasa yang menarik dan mudah dipahami.
Orang yang mahir dalam desain grafis mengambil peran untuk bertanggung-jawab dalam menyajikan
buku-buku tersebut dengan wajah
terbaiknya yang menarik dan kreatif. Dan orang yang mahir bisnis memastikan bahwa buku ini terdistribusikan
dan dipasarkan secara merata ke seluruh
bagian dari lapisan Masisir.
Dan sedikit tahaddust bin
ni’mah, seluruh solusi yang penulis
sampaikan poinnya di atas Alhamdulillah sudah penulis konsep dan eksekusi sejak tahun lalu. Namun karena ini
merupakan proyek besar yang tidak mampu
dieksekusi hanya oleh segelintir orang saja, maka penulis sampaikan di sini kendalanya bahwa niat mulia
ini berprogres sangat lambat karena
keterbatasan SDM yang penulis bisa ajak berkontribusi di dalamnya dan dengan harapan jika dieksekusi
langsung oleh pemangku kepentingan di
Masisir maka niat baik ini juga akan lebih mudah menemukan jalan keluar dan kelak dapat dituai
manfaatnya.
Ketiga, semua elemen yang ada di
Masisir tanpa terkecuali harus mengajak
setiap individu yang ada di Mesir untuk belajar menghargai waktu. Bagikan edukasi-edukasi tentang
manajemen skala prioritas. Para pemangku
kepentingan di Masisir juga perlu memberikan contoh yang nyata. Berani bersuara dan ambil sikap.
Kurangi kegiatan-kegiatan yang kurang
bermanfaat. Juga memberi dukungan penuh kepada kegiatan
kegiatan yang positif.
Dengan pembelajaran di kampus yang hanya 6 jam per hari (jam 9 pagi sampai 3 sore), juga jadwal kuliah yang tidak setiap hari dan tanpa absen, apabila dikurangi waktu tidur 7-8 jam, maka Masisir memiliki waktu luang 10 jam bahkan lebih setiap harinya. Waktu luang inilah yang perlu dimaksimalkan. Karena meskipun tidak semua Masisir kelak akan menjadi kiai atau ulama, tetapi saat ini mereka sedang meniti jalannya para ulama. Diktat perkuliahan pun kebanyakan diambil dari level pembelajaran yang tinggi. Maka waktu luang ini seharusnya bisa dimaksimalkan untuk talaqqi mengejar pembelajaran level dasar untuk menunjang pembelajaran kuliah, menghafal Al-Quran, berorganisasi, berkarya, berolahraga, dan mengembangkan skill lainnya, agar hidup lebih produktif dan berharga.
Kesimpulan
Menjadi mahasiswa adalah masa di mana kita dilatih dan
ditempa dari segala sisinya. Baik dari
akademik, intelektual, dan emosional agar
kelak kita siap dan mampu terjun di masyarakat. Banyak hal yang
perlu disiapkan. Tak hanya ilmu, namun
juga pengalaman, cara berinteraksi
dengan sosial, manajemen waktu, menentukan skala prioritas, dan
lain-lain. Maka apapun kegiatan yang
kita ikuti dan perjuangkan saat ini, perhatikan
juga porsinya. Jangan sampai sesuatu yang sifatnya bukan prioritas mendapatkan porsi yang paling besar.
Produktivitas yang tinggi biasanya berbanding lurus dengan semangat yang tinggi. Dan kesemangatan yang
tinggi, biasanya berbanding lurus juga
dengan tujuan yang jelas dan niat yang murni.
Syekh Muhammad al-Aroby selalu berkata, bahwa semangat yang tinggi untuk melakukan sesuatu yang
menghasilkan (produktivitas) akan datang
sesuai dengan seberapa penting kita menganggap hal tersebut sehingga menjadi sebuah prioritas; “Ta’ti al-himmah ‘ala qodri al-hamm li
injaaz al-muhimmah”.
Mari kita lebih cermat lagi dalam menentukan prioritas. Kita
coba pandang jauh ke depan, mau jadi
orang yang seperti apakah kita nantinya?
Ada begitu banyak dilema yang disajikan oleh kehidupan, maka kita
perlu menentukan pilihan dengan cerdas.
Apabila kita berangkat ke Mesir untuk
ilmu, akankah kita kembali pulang ke tanah air dengan tangan kosong?
Daftar
Pusaka
1. Video Sherly Annavita
dengan judul “5 skill wajib untuk Mahasiswa” 2. Video Satu Persen dengan judul
“Cara Mudah Produktivitas Tanpa Sibuk” 3. https://www.liputan6.com/hot/read/4981423/pengertian-produktif-adalah
orientasinya-pada-hasil-atau-manfaat-ini-penjelasan-para-ahli
4. https://www.gramedia.com/best-seller/produktif
5. https://www.qubisa.com/article/perbedaan-sibuk-dan-produktif-cara-menjadi
produktif
6. https://informatikamesir.net/tentang-kuantitas-masisir-kuantitas-sama
dengan-masalah/
7. https://kiiky.com/id/10-cheapest-universities-in-egypt/
8. https://www.kompasiana.com/tareq/5df33e24d541df5a65117c52/3- tantangan-mahasiswa-indonesia-di-mesir?page=2&page_images=1
9. https://www.kmamesir.org/2019/03/organisasi-masisir-penting-enggak
sih.html
10. https://www.ikpmkairo.org/kemajemukan-mahasiswa-indonesia-di-mesir
masisir/
Komentar