Jika idealisme adalah kemewahan yang hanya dimiliki oleh anak muda, maka akan diisi dengan apa status kita sebagai mahasiswa ? Tulisan ini dibuat untuk semua orang diluar sana yang sedang terpaku dengan tumpukan buku, bergelut dengan jurnal yang kalut, serta yang selalu mengambil posisi untuk sebuah aksi. Mahasiswa, yang selalu dituntut untuk mempunyai banyak keahlian sehingga dapat menyebarkan kebaikan. Seorang mahasiswa kerap kali dibeda – bedakan berdasarkan jurusan maupun universitas. Dia yang mengambil fakultas kedokteran dianggap tinggi dalam kasta pertemanannya, sedangkan yang mengambil pertanian seringkali dipertanyakan dimana ia akan bekerja di masa depan. Dia yang berkesempatan duduk di Perguruan Tinggi Negeri dijunjung tinggi – tinggi dan diagungkan setiap hari. Sesempit itu tolak ukur kesuksesan yang yang tercipta di tengah – tengah masyarakat. Kuliah bukan hanya soal kampus yang megah, jas almamater yang gagah dan jurusan yang tertera di ijazah, serta nilai A dan IPK sempurna. Kuliah adalah tentang semua orang yang kita temui, pengalaman yang kita jumpai, kemampuan yang kita asah serta masalah yang kita selesaikan. Belajar adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan, dan tidak bisa disempitkan maknanya. Belajar bukan selalu hanya tentang bangku kelas, catatan di setiap harinya serta tugas yang tak ada akhirnya. Jadikan kampus menjadi dinding inspirasi, bukan tembok pembatas komunikasi. Membaca jurnal, artikel, karya tulis ilmiah, diktat kuliah adalah makanan yang tidak boleh dijadikan beban. Mengikuti berbagai seminar, forum diskusi, serta rapat – rapat di organ kemahasiswaan juga tidak boleh dilupakan.
Menjadi seorang mahasiswa bukan hanya status sesaat, akan tetapi peran yang akan di bawa ke masyarakat. Degradasi moral, penyimpangan sosial, kekerasan seksual, meretas kemiskinan, dan menyatukan perbedaan merupakan tugas besar seorang mahasiswa. Cakupan kata mahasiswa disini adalah seluruh Warga Negara Indonesia yang mengenyam pendidikan di tingkat sarjana, maupun pasca sarjana. Tentunya ini berlaku juga untuk kita sebagai seorang Mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir). Kewajiban yang kita genggam itu besar, tanggung jawab yang harus dilakukan itu tidak mudah. Bukan hanya sekedar terbang dengan pesawat yang mahal, berfoto di depan kampus AL – Azhar kemudian mendapat gelar Lc yang orang bilang menjual. Jika hanya berteman dengan bantal, guling dan tebalnya selimut tidak akan bisa menjawab pertanyaan masyarakat yang sangat banyak bentuknya. Setiap diri kita merupakan pemimpin atas dirinya sendiri. Akan bagaimana nasib yang kita alami di masa depan sangat relevan dengan apa yang kita usahakan pada hari ini. Seberapa tinggi kualitas yang kita miliki akan ditentukan dengan seberapa banyak manfaat yang dapat kita tebar di bumi ini. Bukan untuk bersaing satu sama lain, merasa paling sempurna di antara yang lain, atau bahkan bersifat apatis dan tidak peduli dengan orang lain. Status mahasiswa malah seharusnya saling mengapresiasi, saling menghormati, dan tidak mencaci maki. Mengucapkan selamat kepada teman kita yang berhasil bukan sebuah ungkapan menyerah dan kalah, justru itu adalah sebuah ungkapan yang dapat membentuk sebuah kesempurnaan. Tidak perlu takut kehilangan harga diri karena tertinggal oleh yang lain, karena harga diri berasal dari diri sendiri bukan dari orang lain. Mulai mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri, dan yang terpenting faham akan apa yang harus dikejar dan diusahakan. Karena orang yang gagal mengenali diri sendiri tidak akan mempunyai kesempatan kedua kali untuk menghakimi nasib orang lain atau bahkan mengukur seberapa sukses ia di masa depan. Sebagai mahasiswa alangkah baiknya saling bergandengan tangan bukan saling menjatuhkan. Mari membuat suatu lingkaran untuk selalu berbagi pikiran, perasaan, serta ide – ide untuk membangun masa depan.
Oleh: Intan Nur Faizah
Komentar