Notula Ushuluddin Basic Training
Senat Fakultas Ushuluddin 2019/2020
Pengantar
Menjadi mahasiswa sangat jauh berbeda dari masa sekolah. Di awal-awal menjadi mahasiswa kita dikejutkan betapa banyak bahan yang wajib dibaca, sebab beban materi yang bertambah berkali-lipat dibanding masa sekolah dulu. Di masa teknologi ini, mungkin kamu bertanya: Apakah membaca masih harus dilakukan? Ataukah bisa digantikan dengan cara lain seperti mendengar audio rekaman, menonton video, melihat infografis?
Jawabannya: Membaca masih bentuk belajar paling efektif bagi mahasiswa, dan tidak tergantikan. Sebab dalam membaca, kita melibatkan aktivitas fisik dan mental lebih banyak dibanding cara lain yang disebut di atas. Karena buku adalah media yang ‘diam’, maka secara fisik, saat membaca kita butuh menggunakan indera penglihatan, indera bicara (jika dilafalkan), indera pendengaran (mendengar suara sendiri), indera sentuhan. Sedangkan secara mental, saat membaca kita dituntut memusatkan konsentrasi lebih keras, yang kemudian usaha-usaha lebih inilah yang membuat materi lebih melekat dalam pikiran.
Tujuan dari kegiatan membaca saat menjadi mahasiswa jauh lebih luhur daripada saat sekolah, yaitu untuk membentuk ‘bangunan’ pemahaman yang menyeluruh. Harus diingat: Membaca materi kuliah berbeda dari membaca untuk hiburan (novel/majalah), oleh karenanya harus diusahakan seefektif mungkin. Sering ada orang bilang, “Baca mah tinggal baca aja. Ga perlu pake metode khusus.” Pernyataan itu tentu saja selain kurang tepat, ia menutup mata dari kenyataan bahwa tidak semua orang sudah punya kemampuan membaca yang baik. Salah satu upaya mengasah kemampuan membaca yang baik ternyata diajarkan dalam bentuk materi tersendiri sekolah-sekolah di Barat. Materi membaca tersebut bernama “reading comprehension”, atau membaca komprehensif.
Kemampuan membaca komprehensif maksudnya adalah kemampuan untuk menangkap dengan baik sebanyak-banyaknya dari suatu bacaan/buku/bab. Dengan membaca komprehensif kita bisa mengenali struktur tulisan dalam kitab, menemukan definisi istilah, kata kunci, gagasan utama, sampai maksud tersirat yang tidak tertulis dalam kitab. Di dalamnya juga membahas langkah-langkah sebelum, ketika, dan setelah membaca.
Namun sebelum mendalami materi membaca komprehensif (yang sebetulnya buku pegangan siswa sekolah luar itu sudah banyak tersebar di internet, hanya saja kebanyakan masih dalam bahasa Inggris), mari kita mulai dari hal terkecil suatu bacaan. Itu adalah “kata”.
Secara mencolok aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosakata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau kelompok belajar, menulis karya tulis; pada waktu luang ia bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya. Malam hari ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari catatannya maupun dari buku-buku yang dianjurkan. Belum lagi jika ia masih sempat menyisihkan waktu untuk membaca majalah-majalah, artikel mingguan, bulanan, dan surat kabar. Melalui semua aktivitas itu, kata beserta gagasannya seolah membanjir masuk setiap saat ke dalam benaknya. Lalai sedikit saja ia akan tertinggal dari kawan-kawannya.
Sering seorang mahasiswa harus mengutuk dirinya karena ketika menghadapi soal-soal ujian ia mengetahui gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya. Atau sebaliknya, ia mengetahui kata atau istilahnya (karena memang tertera dalam soal ujian), tapi tidak mengetahui gagasan yang didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu, kata dan gagasan, sama pentingnya. Keduanya harus diketahui dan dikuasai. Terlebih bahan materi kita seluruhnya berbahasa asing.
Tantangan terbesar kita adalah bagaimana menguasai kata-kata dalam bahasa Arab sebanyak-banyaknya, membuka kamus dan memahami dengan tepat apa makna di balik setiap kata tersebut. Pilihan yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata dalam bahasa yang dimaksud. Prosesnya jelas lamban dan sukar, terlebih bagi mahasiswa yang dituntut menguasai kata dan gagasan sekaligus. Tapi toh setelahnya orang akan merasa lega dan puas, sebab jerih payah yang telah dicurahkan tidak akan sia-sia. Manfaat dari kemampuan yang diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang tepat bukan sekadar mempergunakan kata yang hebat tanpa isi. Dengan pengertian-pengertian yang tepat itu, kita dapat pula menyampaikan pikiran kita secara sederhana dan langsung.
Strategi Membaca Materi Kuliah (SQ3R)
S (Survey), Q (Tanya), Baca (Read), Uji (Recall), Ulang (Review). Penjelasan dari tiap hurud adalah sebagai berikut:
● S (Survey)
Survei adalah mengenali struktur penulisan kitab/ bab dengan cara mengamati judul-subjudul, diagram/tabel (kalau ada). Survei ini bisa berbentuk Survei buku atau survei bab. Survei Buku bisa dilihat lewat daftar isi untuk melihat keseluruhan isi buku. Dalam daftar isi, biasanya ditemukan judul besar dan sub-judul sub-judul. Dua poin ini harus dibaca terlebih dahulu sebelum membaca sebuah buku
Survei bab dilakukan dengan melihat terlebih dahulu, adakah dalam bab itu sebuah tabel, atau diagram yang akan sangat berguna dalam membaca. Bila dalam bab tersebut tidak ditemukan tabel atau diagram, bisa mulai survei bacaan dengan melihat judul dan sub-judul dalam bab tersebut. Bagaimana cara penulis menonjolkan bahasan bab dalam tulisannya.
● Q (Tanya)
Tanya (Question) adalah bertanyalah sebelum membaca. Apa yang harus kita tanyakan? Apapun yang membuatmu ingin tahu setelah melihat judul-sub judul dalam bab tersebut. Biasanya dosen kuliah bila memberi kisi-kisi akan seperti ini: Di maddahTafsir ada subjudul "سبب نزول الآية". Lalu oleh dosen diberi pertanyaannya: ما
Karena proses belajar yang hasilnya melekat adalah mempelajari hal yang masih ada kesinambungannya dengan pengetahuan kita sebelumnya. Fungsi bertanya sebelum membaca ini, mengaitkan topik yang baru akan kita pelajari ini, dengan apa yang sudah diketahui sebelumnya.
Pertanyaannya bisa seliar mungkin (toh kamu memang belum tahu). Contoh, sebelum belajar Ulumul Qur’an, pertanyaannya:
1. "Apa hubungannya materi ini dengan kitab suci Al-Qur’an?"
2. "Apa bedanya Ulumul Qur’an dengan Al-Qur’an? Al-Qur’an kan isinya ilmu juga "
3. "Apa bedanya Ulumul Qur’an dengan Asbabun Nuzul?"
Itu untuk orang yang baru mengenal maddah Ulumul Qur’an, tapi dia sudah tahu apa itu Al-Qur’an dan Asbabun Nuzul. Bayangkan orang yang tidak tahu Ulumul Qur’an, tapi juga tidak tahu Al-Qur’an. Mau dikaitkan ke mana? Akan lebih jauh lagi jalannya, dia harus tahu lebih dahulu apa itu al-Quran.
Nah pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca tersebut kalau bisa dicatat ya. Supaya ketika tengah membaca, dan menemukan jawaban yang dicari, bisa langsung diberi tanda.
Itulah dua hal (S&Q) yang harus dipersiapkan sebelum membaca. Seringkali mahasiswa melewati tahap ini. Akibatnya, kegiatan membacanya hanya menghasilkan pengetahuan mentah. Bukan pemahaman. Sebabnya karena dia tidak paham mengapa buku dibagi per-judul-judul demikian, dan tidak menambatkan pengetahuan baru ini ke pengetahuan lama yang sudah ia ketahui sebelumnya.
● Baca (Read)
Tahap ketiga, dan yang paling inti: Proses membaca (Reading). Membaca dari awal bab sampai akhir. Kalau menemukan jawaban dari pertanyaan di tahap Q sebelum membaca tadi, bisa digaris bawah/highlight.
PERINGATAN: Membaca materi kuliah itu tidak cukup sekali. Kadang butuh sampai belasan kali untuk bisa paham, dan itu WAJAR, BIASA AJA,gak usah merasa jadi orang paling susah sedunia deh!
Sambil membaca, sambil cari kata/kalimat kunci. Gagasan utama, ide pokok. Caranya, beri perhatian lebih di awal atau akhir paragraf. Biasanya nyelip di sana.
Setelah sekian paragraf berlalu, di paragraf terakhir biasanya ada kesimpulan dari bab tersebut. Tapi jika tidak ada, itu bukan masalah. Yang terpenting adalah sudah mendapat jawaban Q yang tadi.
● Uji dan Ulang (Recall-Review)
Tahap setelah selesai membaca adalah Uji dan Ulang (Recall-Review). Uji ini kira-kira bentuknya kamu tutup buku, lalu coba jelaskan ulang bab yang sudah dibaca tadi menggunakan bahasa sendiri. Uji (recall) ini bisa lisan, bisa tulisan. Sebutkan poin-poin yang kamu dapat dari apa yang sudah dibaca. Bayangkan kamu mengajarkan bab tersebut pada orang lain.
Pasti belum sempurna, kan? Makanya kita butuh tahap selanjutnya: Review alias, baca ulang lagi.
Sesi Tanya Jawab
Pertanyaan Pertama, Syahridho - KSW
Seringkali kita sudah merasa sangat siap untuk ujian, materi sudah kita kuasai, tetapi ketika ujian, biasanya ada poin-poin yg lupa kita tulis dalam jawaban dari suatu soal. Bagaimana cara mengatasi problem tersebut dan tips &trick saat ujian berlangsung?
Jawab:
Lupa saat ujian biasanya karena stres atau tertekan. Usaha bagaimana tidak stres, itu bisa jadi tergantung persiapan teknis sebelum ujian. Kurang makan, kurang tidur, atau alat tulis bermasalah. Ini dengan anggapan, persiapan materi sudah sangat matang. Kalau setengah matang, perkaranya lain lagi.
Pertanyaan Kedua, Fitri Handayani - KMNTB
Pertanyaan dalam membaca Muqorror, apakah "target" itu penting? Kadang, bila saya ingin segera menyelesaikan sebuah buku, yang penting semua selesai dibaca, kalau pun nanti ada yang tidak paham di tengah-tengah, saya tetap melanjutkan, apakah cara ini efektif? Apakah baiknya saya menyelesaikan dulu apa yang tidak dipahami, baru melanjutkan untuk membaca?
Jawab:
Targetnya paham menyeluruh. Selesai harus, tapi bukan asal selesai. Biasanya jika tidak paham di tengah, lalu dipaksa melanjutkan, ternyata makin tidak paham, berarti ada "sesuatu" yang tidak boleh ditinggal dari bagian itu.
Buku itu seperti bangunan rumah dari bata. Kalau bata di tengah bolong, seringnya susah melanjutkan membangun sebelum mendapat "bata" yang hilang itu.
Pertanyaan Ketiga, Rifka - KEMASS
Bagaimana Time Management versi kak Otin? Bila berdasarkan pengalaman kakak.
Jawab:
Time Management itu bersifat personal. Tidak bisa disamakan tiap orang. Tiap mahasiswa harus menemukan kecenderungan masing-masing. Jadwal belajar nanti dicocokkan dengan kecenderungan tersebut
Caranya, TEMUKAN minimal LIMA HAL yang membuat kamu nyaman belajar. Misal saya nih:
1. Malam hari
2. Ditemani makanan ringan dan minuman (teh)
3. Diiringi lagu tanpa lirik
4. Gak suka lihat orang lalu lalang, jadi harus mencari tempat sepi.
5. Di kamar sendiri (kalo di luar rumah bawaannya khawatir).
Nah pasti ada yang gak sama seperti saya, kan? Maka kalian harus temukan preferensi masing-masing ya.
Satu lagi, nasihat lama, belajar itu harus sejauh mungkin dari hari imtihan. Jangan menggunakan Sistem Kebut Semalam, nanti stres.
Notulis: Fathan Winarto
Editor: Alif Rafdi
Komentar