Pagi Senin sekitar pukul 11.00 Clt suasana hangat tampak jelas di salah satu kantor kuliah yang dijadikan sebagai tempat pertemuan. Dua puluh mahasiswi dari negara yang berbeda nampak hadir dan masing-masing telah menampung beberapa pertanyaan dari teman-teman yang senasib dan seperjuangan.
Beberapa hari yang lalu sebelum bertepatan pada hari Selasa tanggal 10 Februari 2020 Dekan Fakultas Dirasat Islamiyyah wa Lughah Arabiyyah; Dr. Syafiqah, mengundang perwakilan mahasiswi asing dari tiap-tiap negara guna membahas evaluasi termin satu lalu. Pertemuan ini adalah pertemuan pertama yang akan ada lanjutannya. Jadi permasalahan yang dibahas masih mengenai hal-hal dasar.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh Dr. Sa'ad Abul Majdi selaku wakil amidah, Dr. rabab juga Dr. Lawahidz Abdurahman selaku perwakilan pengajar. "Bagaimanapun keadaan universitas kita saat ini, usahakan selalu hadir di kuliah," pesan Dr, lawahidz.
Rapat kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan langsung ke Dekan kuliah beberapa pertanyaan yang telah ditampung oleh masing-masing perwakilan dari tiap-tiap negara. Pertanyaan pertama, perihal banyaknya pengajar yang menggunakan bahasa Ammiyyah. Dalam hal ini tanggapan yang diberikan adalah beliau akan memberi peringatan kepada seluruh pengajar untuk menggunakan bahasa Fushah sehingga tidak menyulitkan mahasiswa asing dalam proses belajar dan jika masih ada pengajar yang sering menggunakan bahasa Ammiyyah beliau berharap mahsiswa untuk melaporkannya demi kenyamanan bersama.
Kedua, ada mahasiswa yang menyarankan agar satu mata pelajaran diajar oleh satu pengajar saja. Hal ini cukup sulit diterima oleh Dekan sendiri dan terkhusus perwakilan pengajar dikarenakan setiap pengajar memiliki bidang masing-masing dan batas jam mengajar yang berbeda-beda. Ketiga, mengenai follow up diadakannya Jurusan Dakwah sesuai berita yang sempat beredar. Dalam hal ini beliau memaparkan bahwa konsep Jurusan Dakwah sudah matang dan siap diajarkan. Namun mengingat kurangnya ruang kelas yang tersedia saat ini, maka Jurusan Dakwah harus ditahan sementara waktu.
Keempat, tentang informasi terkait harga diktat yang tidak pasti, terkadang atau secara sporadis informasi dari pengajar berbeda dengan informasi dari manfadz. Menaggapi pertanyaan inu beliau menekankan bahwa harga diktat mengikuti informasi dari manfadz. Kelima, adanya usulan untuk dipisahnya kelas Mishriyyat (Mahasiswa Mesir) dan mahasiswa asing. Untuk usulan inj beliau mengatakan bahwa sangat tidak mungkin untuk dipisahkan karena kurangnya pengajar serta ruang kelas. Beliau juga menjelaskan bahwa pemisahan ini justru kurang baik, khususnya untuk mahasiswa asing karena membatasi interaksi langsung dengan Mishriyyat.
Kemudian dilanjut dengan permasalahan keenam, perihal microphone yang sering tidak berfungsi dan kelas yang amat gaduh sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak kondusif. Untuk menuntaskan permasalahan ini beliau berusaha agar kedepannya akan dibelikan 10 microphone baru, jadi tak ada alasan untuk tidak hadir di kuliah. Ketujuh, tentang adanya usulan lagi untuk memperluas ruang kelas agar sesuai dengan jumlah pelajar sehingga belajar lebih efisien. Dalam menanggapi usulan ini beliau juga mengatakan bahwa kedepannya akan dicarikan ruang kelas yang lebih besar untuk ruangan dengan jumlah pelajar yang banyak.
Penulis: Diffa Cahyani Siraj
Sumber: Aisyah Rifqi Fathin
Komentar