Universitas al-Azhar selalu memberikan kejutan kepada para insan yang haus akan cahaya ilmu. Tentu saja karena tekad al-Azhar, semenjak didirikannya sampai pada umurnya yang sekarang ini 1048 tahun, terus memberikan kontribusi kepada umat manusia dalam banyak hal. Baik yang berkaitan tentang keilmuan, pemberdayaan masyarakat, tetap aktif menyebarkan pemikiran yang moderat dan masih banyak lagi kontribusinya kepada dunia.
Jika melihat dari segi keilmuan, maka dunia sudah tahu dan mengakui posisi al-Azhar saat ini. Hingga tersebarnya sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa “kalaulah kakbah itu kiblat ibadah sholat maka al-Azhar adalah kiblat bagi para penuntut ilmu”. Ungkapan tersebut menggambarkan kuatnya posisi al-Azhar dalam membina serta membimbing para penuntut ilmu dari seluruh belahan dunia. Al-Azhar dengan konsep jāmi'ah atau universitas terbagi menjadi beberapa fakultas yang mengarahkan para mahasiswanya untuk memilih spesialisasi dalam berbagai bidang ilmu agama. Dan juga dengan konsep jāmi’ atau masjidnya membekali para mahasiswanya dalam segala bidang ilmu agama, itulah sebabnya al-Azhar bukan hanya jāmi'ah saja akan tetapi jāmi’ wa al-jāmi'ah.
Salah satu fakultas yang berada dibawah naungan Universitas al-Azhar adalah fakultas Ushuluddin, yang sudah melahirkan banyak ulama dan pemikir islam. Dan kali ini fakultas Ushuluddin kembali melahirkan pakar hadis berkebangsaan Indonesia, Dr. Ahmad Ikhwani Syamsuddin. Mahasiswa asal Lampung ini berhasil menuntaskan progam Doktoral di Universitas al-Azhar Kairo dengan predikat summa cum laude. Tentu rasa bangga tidak dapat tertahankan karena hasil yang beliau peroleh dari sidang disertasi ini adalah summa cum laude atau martabah al-syaraf al-ūlā dengan disaksikan oleh ratusan hadirin dan diakui oleh para dewan penguji dan dosen pengampu.
Rabu (10/7), pagi hari yang cerah dengan sedikit sengatan cahaya matahari musim panas di kota Kairo, para hadirin sudah memenuhi auditorium Imam Bukhari di gedung fakultas Ushuluddin, Darrosah. Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia turut mengahdiri sidang disertasi tersebut. Sidang dimulai sekitar jam 10 pagi lebih beberapa menit dengan dipimpin dua dosen pembimbing beliau, Prof. Dr. Mustofa Muhammad Sayyid Abu Imaroh dan Prof. Dr. Syahatah Abdul Latif. Dan dihadiri dua dewan penguji yaitu Prof. Dr. Ahmad Mabad Abdul Karim dan Prof. Dr. Subhi Abdul Fattah Rabi.
Ustadz Ikhwani -sapaan masisir kepada beliau- menulis disertasi dengan judul:
شرح الشيخ الزرقاني على المواهب اللدني من (أول باب غزوة بدر العظمى إلى آخر غزوة أحد) دراسة وتحقيق وتعليق
Disertasi ini berjumlah sekitar 1400 halaman dengan 2 jilid cetakan buku. Sidang dibuka oleh dosen pembimbing dan menyampaikan tentang bagaimana pentingnya mempelajari sirah nabawiyyah, ilmu hadis, dan tentang kitab yang dikaji tersebut. Dilanjut oleh ustadz Ikhwani, menyampaikan kalimat pembuka tetang disertasi yang ditulisnya, beliau memaparkan dengan lancar tanpa ada hambatan sampai selesai. Kemudian setelah itu, mulailah giliran penguji pertama menguji secara detail kelayakan dan keabsahan disertasi beliau, hingga memakan waktu berjam-jam.
Berlanjut pada penguji kedua yaitu Prof. Dr. Ahmad Mabad Abdul Karim yang merupakan dosen di fakultas Ushuluddin dan anggota Hai’ah Kibār al-Ulamā’ al-Azhār al-Syarīf, seorang syaikh yang menyita perhatian para hadirin di tempat sidang dengan segala prestasi beliau. Beliau mulai dengan apresisasi, sanjungan, dan pujian kepada ustadz Ikhwani atas keberhasilannya menyelesaikan disetasi dengan sangat baik akan tetapi beliau juga menyampaikan bahwa dalam usaha keras yang telah dilakukan untuk bisa menyelesaikan disertasi tersebut tidak akan pernah luput dari salah dan keliru maka kritik dan saran yang akan disampaikan bukan untuk mengurangi dan mencacatkan hasil kerja keras ustadz Ikhwani, akan tetapi kritikan itu akan menjadi penyempurna dari apa yang telah diusahakan sebelumnya. Karena manusia sehebat apapun tidak akan pernah luput dari salah dan keliru. Syekh Ma’bad mengoreksi dengan sangat detail, mulai dari mukadimah hingga huruf demi huruf tidak dilewati olenya kecuali ada masukan dan tambahan. Kalimat terakhir yang beliau sampaikan kepada ustadz Ikhwani adalah bahwa beliau telah mencapai derajat yang tinggi dan pemahaman yang sempurna terhadap ilmu hadis, baik dari segi sanad maupun matan.
Setelah dua dewan penguji selesai menyampaikan koreksi, sidang diskors selama lima menit untuk memberikan waktu berunding bagi dosen pembimbing dan dewan penguji. Alhasil ustadz Ahmad Ikhwani mendapatkan predikat summa cum laude setelah mempertahankan disertasinya dalam sidang yang berlangsung selama 4 jam. Serentak tepuk tangan hadirin menghiasi seisi ruangan. Kemudian di akhir foto bersama, ucapan selamat, dan penyerahan piagam penghargaan dari Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (SEMA-FU) kepada ustadz Ikhwani.
Universitas al-Azhar pada umumnya dan Fakultas Ushuluddin secara khusus selalu menghasilkan orang-orang yang hebat pada bidangnya masing-masing, maka teruslah berusaha rajinlah belajar dengan giat. Apa yang ditanam maka itulah yang akan dipetik dan balasan dari perbuatan itu bergantung apa usaha dan perjuangan yang telah diperbuat.
(Red: Wahyudi Maulana Hilmy)
Komentar