Jumat petang (8/2), telah berlangsung Diskusi Ilmiah bertemakan 'Menyorot Syiah di Indonesia' yang bertempat di Ruwaq Indonesia. Materi yang dibawakan secara menarik oleh Dr Syamsuddin Arif, M.A. (pendiri INSISTS dan Dosen UNIDA Gontor) telah berhasil menarik perhatian sekitar seratusan orang peserta dari Mahasiswa Indonesia dan Malaysia untuk terlibat dalam diskusi ilmiah yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin bekerjasama dengan Ruwaq Indonesia. Diskusi terbagi menjadi dua sesi, yakni sesi pemaparan materi dan sesi tanya jawab.
Sebagai pembukaan, Dr. Syamsuddin mengajak seluruh hadirin untuk memahami apa itu Syiah dan pengertian Syi’ah itu sendiri secara terminologi, politis, dan ideology.
"Jika kita bicara Syiah, kita perlu membuat distingsi (perbedaan), yang dimaksud Syiah itu apa dan siapa? Hal ini amat penting, terutama bagi orang-orang awam yang masih belum tau apa itu Syiah. Karna di dalam al-Qur'an sendiri terdapat kata ‘Syi'ah’ secara terminologi "Wa inna min syii'atihi la ibrohiim" yang berarti firqoh atau syu'bah (golongan/pengikut)," tegas Dr Syamsuddin memulai pemaparannya.
Selanjutnya, peserta diskusi diajak bersama-sama untuk mengenali permasalahan yang ditimbulkan Syi’ah dengan melakukan sedikit kilas balik mengenai sejarah perkembangan ideologi, sehingga menimbulkan pemahaman aqidah yang menyimpang.
Dengan judul besar, "Apa (ma)salahnya?" Dr. Syamsuddin menyatakan sengaja memberi tanda kurung, agar pembahasan terakhir sekaligus penutup pemaparan panjangnya soal Syiah bisa diartikan dalam banyak segi, dan meliputi banyak makna.
Syi’ah lahir di Iran bermula dari legenda pernikahan Sayyidina Husain Ra. dengan seorang puteri bangsawan Iran, yakni puteri Shahr Banu, kemudian Dr. Syamsuddin menjelaskan bahwasanya apa yang dilakukan Syi’ah merupakan upaya Iranisasi Islam dengan menjadikan keturunan Sayyidina Husain Ra sebagai Imam yang ma’shum bagi kalangan mereka (Huseinsentris).
Ketika pengertian Syi’ah dibagi menjadi tiga bagian, menurut Dr. Syamsuddin, penganut Syi’ah Ideologis merupakan penganut Syi’ah yang masih eksis hingga saat ini.
"Sesungguhnya penganut Syiah secara ideologis-lah yang bertahan sampai saat ini. Dan salah satu paham yang mereka anut adalah membenci para Sahabat Rasulullah Saw. Mereka juga merupakan para pemalsu dan pengarang hadits Nabi Saw yang diantaranya mengatas namakan al-Baqir, seperti dalam hadis 'Semua orang selepas meninggal Nabi murtad, kecuali tiga; al-Miqdad ibn Aswad, Abu Dzar al-Gifari, dan Salman al-Farisi' mereka membuat hadis ini tanpa mencantumkan Ali r.a termasuk di dalamnya, yang artinya Ali pun bisa digolongkan termasuk orang murtad. Hal ini jelas merupakan bagian dari kebohongan dan kebodohan yang mereka ada-adakan," tegas Dr. Syamsuddin.
Suasana pun semakin hidup tatkala sesi tanya jawab dibuka. Tidak hanya bertanya, banyak pula dari peserta yang mengemukakan pendapatnya seputar materi yang disampaikan.
Semua hadirin merasa larut dalam pemaparan lugas Dr. Syamsuddin, yang dikemas rapi dan apik oleh moderator, ustaz M. Hidayatulloh, Lc, MA. Usai dua sesi tanya jawab, diskusi ilmiah Syiah pun ditutup dengan kesimpulan padat dari ustaz M.Hidayatulloh.
"Dari keseluruhan pemaparan yang pemateri telah sampaikan, pada intinya adalah point terakhir dari yang telah pemateri sampaikan. Ingin mengetahui sesuatu pelajarilah, dan pahami. Kita pun harus pandai-pandai. Secara aqidah harus kuat, tapi juga kita jangan menjadi wayang bagi intelejen-intelejen global untuk menjadikan kita saling berperang dan bunuh diantara sesama. Kita harus memiliki kecerdasan politik juga kecerdasan ideologi. Jika kita cerdas dikeduanya itu, maka kita berhak menyandang sebagai republik akal sehat," yang kemudian disambut gelak tawa dari para peserta.
Komentar