Salah satu mata kuliah
baru bagi mahasiswa tingkat 2 di termin kedua ini adalah At-Tayyārāt
Al-Fikriyyah. Dengan mempelajarinya, diharapkan
seorang al-Azhari mampu membendung berbagai arus pemikiran yang bertentangan
dengan prinsip Islam yang murni.
Pengertian At-Tayyārāt
Kata at-Tayyārat merupakan jamak
daripada kata At-Tayyār
yang dapat didefinisikan:
نظام وضعه صاحبه ليحل المشكلات الاجتماعية التي تعرضها الناس
"Sebuah sistem yang dibuat oleh
pemrakarsanya berisi seperangkat aturan untuk menawarkan solusi atas
problematika sosial yang dihadapi masyarakat."
Di antara arus
pemikiran yang sempat berkembang pesat di Barat maupun di Timur adalah paham Sekularisme,
yang dalam literatur bahasa Arab disebut dengan terma al-'Ilmāniyyah oleh para
agennya.
Sebab Kemunculan Sekularisme
Pada masa pertengahan (al-'Ushur
al-Wusthā),
Eropa diyakini terlanda masa kegelapan. Pasalnya, otoritas gereja telah
merampas kebebasan masyarakat di sana dari hak-hak mendasar mereka, seperti hak
berpendapat. Misalnya keyakinan mereka pada heliosentris, tak tanggung membuat
otoritas gereja menindak siapapun yang berani menentang bahwa bumi yang
mengelilingi matahari dengan hukuman pancung.
Melihat fenomena
hegemonitas gereja itu, sekelompok ilmuan membuat arus tandingan sebagai
antitesa. Mereka menampakkan kemajuan daripada masyarakat Eropa yg tertinggal
karena terbelenggu oleh aturan gereja. Karena itu, mereka berani muncul dan
mengatakan bahwa sumber kemunduran adalah agama. Kelompok ini menyerukan bahwa
dengan menjauh dari agamalah akan dicapai kemajuan. Paham inilah yang kemudian
disebut dengan sekularisme, yang semakin berkembang pesat dengan situasi Eropa
mencapai masa reinassens.
Baragam definisi
terhadap terminologi ini. Penulis kitab, memilih dua yaitu menurut Encyclopedia
Britannica dan Oxford Dictionary.
·
Menurut
Ensiklopedia Britania, Sekularisme adalah:
وضع
الدنيا
في مقابل الأخراوي، لأنهم وجدوا الناس منعزل عن الدنيا ويعيش في الآخرة لنيل الفردوس
"Paham
bahwa urusan duniawi bertentangan dengan ukhrawi, yang lahir karena
pionirnya menemukan masyarakat Eropa meninggalkan urusan dunia dan sibuk dengan
urusan akhirat untuk mendapatkan Surga Firdaus."
·
Menurut kamus
Oxford, sekularisme: yaitu kelompok materialis (al-Māddiyyah)
dan anti-agama (al-Lādīniyyah).
Benang merah dari kedua
definisi ini adalah anggapan Sekularis menampik kepercayaan bahwa agama patut
untuk menjadi sumber dogma ataupun pengatur laku manusia.
Fase Perkembangan Sekularisme:
·
Abad 17: merekomendasikan
agar manusia memiliki dualisme. Dia beribadat ketika di dalam gereja. Lalu
menanggalkan semua identitas agama saat keluar dari gereja dan menyatu dengan
dunia.
·
Abad 19: sekularis
di fase ini lebih frontal menyerukan bahwa agama adalah sebuah gangguan
kejiwaan (al-Marad an-Nafsiy) dan candu (afyūnat al-Syu'ub).
Perkembangan Sekularisme di Timur
Ketika Muhammad Ali Basya
memerintah di Mesir, ia banyak mendelegasikan mahasiswa untuk belajar ke Eropa.
Para mahasiswa ini menyerap semua budaya di sana tanpa menyaring dan pulang
membawa arus-arus pemikiran ke negerinya.
Untuk mengelabui
masyarakat Arab yang kuat memegang agamanya agar menerima paham Barat ini, agen
sekularis itu men-tadlis paham ini dengan istilah al-'Ilmaniyah.
Sebagai nisbat kepada ilmu. Mengemas seolah paham yang dahulunya lahir dilatar-belakangi
kegelapan di Eropa disebabkan otoritas gereja ini relevan juga jika diterapkan
di Arab.
Muslihat bulus itu
rupanya nyaris dikatakan sukses. Serbuan paham sekulerisme menjadi pembicaraan
trendi di kalangan ilmuan Arab di abad 19- abad 20. Yang berani menentang paham
ini dianggap kuno dan katro. Pembesar paham ini kemudian menyasar
masyarakat awam dan berbicara kepada mereka dengan istilah-istilah ilmiah untuk
menggoda mereka.
Prof. Dr. Thaha
Hibisyi, penulis kitab membantah ketepatan transliterasi istilah ini menjadi al-'Ilmaniyyah
yang terambil dari akar kata al-'Ilm maupun al-'Almāniyyah terambil
dari kata al-'ālam
(dunia). Penulis juga membantah relevansi pengadopsian paham ini pada
masyarakat Islam, setidaknya karena tiga sebab:
-
Paham ini muncul
di tengah situasi agama di Eropa. Sedangkan Islam memberikan kebebasan yang
proporsional untuk melakukan kajian ilmiah dan berpendapat bagi pemeluknya.
-
Agama Islam
memang agama yang sangat mendorong kemajuan keilmuan, dengan bukti banyaknya
ilmuan muslim yang menghasilkan berbagai penemuan penting yang bermanfaat bagi
dunia.
-
Paham ini adalah
omong kosong yang tidak pernah memberikan konstitusi baku sebagai solusi
problematika sosial.
Namun demikian, penulis
buku tetap menggunakan istilah al-'Ilmaniyyah karena terma inilah yang
sudah akrab dalam dunia keilmuan.
Prof. Dr. Thaha Hibisyi dan Prof. Dr. Jamal Afifi
Mudarroj
Imam Al-Juwaini, 19 Februari 2018
Rep: Muhammad Zainuddin
Komentar