Sebagai respon tanggap atas aksi
terorisme yang terjadi di Masjid Ar-Raudah Arish ujung Sinai Selatan Jumat lalu
(24/11), Dekan Fakultas Ushuluddin menggelar Stadium General bertema: Qīmatu an-Nafs fī al-Islām wa Hurmatu an-Nafs (Nilai Suatu Jiwa di Mata Islam dan
Kehormatan Darah) pada Selasa 28 November 2017 bertempat di Qo’ah Imam Akbar
Syaikh Abdul Halim Mahmud dengan pembicara utama Dekan Fakultas: Prof. Dr.
Abdul Fattah Abdul Ghani Al-Awwari, Wakil Dekan Urusan Mahasiswa: Prof. Dr.
Abdullah Muhyi Azb, Wakil Dekan Urusan Pascasarjana: Prof. Dr. Thaha Abdul
Khaliq.
Kuliah umum merupakan program yang
diadakan rutin dua kali sebulan oleh Fakultas Ushuluddin usai jam kuliah regular
di Auditorium Abdul Halim Mahmud atau Mudarroj Imam Al-Bukhari, mengangkat
tema-tema teraktual dengan pembicara sesuai kepakarannya. Belum lama ini mengangkat
tema: Pengaruh Fatwa-Fatwa Syadz Bagi Kehidupan Sosial dengan pembicara Grand
Mufti Prof. Dr. Syauqi Allam, Deputi Grand Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Abbas
Syauman dan Mantan Menteri Wakaf Prof. Dr. Abdul Fadhil El-Qusi; Sejarah Sekte-Sekte
Islam oleh Prof. Dr. Rabi’ Gauhari; Melawan Bahaya Laten Liberalisme oleh Prof.
Dr. Bakr Zaki ‘Awadh; dan tema-tema penting lainnya.
Dalam pra-katanya, Amid Kulliyah
menjelaskan tujuan pengadaan Mausim An-Nasyāth At-Tsaqāfi (Kegiatan
Penajaman Intelektual) sebagai pembekalan bagi para mahasiswa tentang
pertanyaan-petanyaan yang sering berseliweran menjadi perbincangan hangat di
tengah masyarakat. “Karena lulusan Fakultas Ushuluddin diproyeksikan sebagai
orang-orang yang siap hidup berbaur di tengah masyarakat, apapun profesinya, tanggung
jawab utamanya adalah mengajarkan masyarakat, menjadi imam shalat, menyampaikan
khutbah Jum’at karena yang orang tau darinya adalah lulusan Al-Azhar Fakultas
Ushuluddin” Tandas guru besar Tafsir dan Ulumul Qur’an itu.
Setelah mengajak hadirin yang memenuhi
tribun Qo’ah Imam Abdul Halim Mahmud sejenak mengheningkan cipta dengan
mengirimkan pahala al-Fatihah kepada para Syuhada, Syaikh Abdul Fattah kemudian
mulai mengupas tema seperti biasa dengan bahasa fasih, lantang dan menggetarkan
bagi siapapun yang mendengarkannya.
Bahwa Allah memerintahkan para malaikat
sujud kepada manusia karena begitu besar kehormatannya sebagai penegak khilafah
di muka bumi. Perhatikan ayat yang berbunyi:
ولقد كرّمنا بني
آدم...
Wawu
pada ayat di atas menunjukkan taqdir huruf Qosam berarti
sumpah. Lām sebagai huruf penegasan. Ditambah lagi dengan Qad sebagai
huruf yang menunjukkan kebenaran realisasi sesuatu. Maka penegasan demi
penegasan ini menunjukkan Allah tidak main-main dalam memuliakan manusia yang
terbukti dengan kucuran-kucuran nikmat, penjagaan, menunddukkan segala yang ada
di alam semesta termasuk matahari dan bulan untuk berkhidmat pada manusia. Maka
nilai suatu jiwa begitu mahal dan tidak tertandingi. “Lalu siapa mereka ini
yang berani lancang menghancurkan ciptaan Allah yang demikian berharga? Dari
kalangan mana mereka? Sementara semua ajaran agama samawi sepakat melindungi Dhoruriyat
Al-Khomsah yang terbukti telah ada di syari’at umat terdahulu sebagaimana
diceritakan dalam ayat:
من أجل ذالك كتبنا
على بني إسرائيل أنه من قتل نفسا بغير نفس أو فساد في الأرض فكأنما قتل الناس
جميعا ومن أحياها فكأنما أحيا الناس جميعا...
Diksi
yang digunakan pada ayat di atas menunjukkan keumuman, tidak membedakan apapun
kepercayaannya. Kekafiran bukan ‘illah pembolehan membunuh, darah mereka
pun dihormati. Yang menjadi ‘illah adalah al-I’tidā’ (penyerangan)
yang dilakukan oleh orang kafir harbiy:
فمن اعتدى عليكن
فاعتدوا عليه بمثل ما اعتدى عليكم
“Oleh sebab itu
barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya
terhadapmu.” (Al-Baqarah: 194).
Penyerangan
terhadap manusia tanpa ‘illah ini walaupun kepada orang kafir adalah
berarti penyerangan kepada apa yang dimuliakan Allah dan Rasul-Nya, maka
bagaimana dengan penyerangan terhadap orang-orang beriman, di hari yang
termulia, ketika mereka melakukan perbuatan termulia yang terjadi di Masjid
Ar-Raudhah ini?
“Kita
sebagai orang yang berakal, terlebih sebagai Azhari menolak dan mengecam keras
perbuatan keji ini. Dan hanya kepada Allah kita tunduk memohon perlindungan”
Pungkas Amid menutup kata-katanya yang diiringi riuh tepuk-tangan hadirih.
Komentar