Biografi Prof. Mahmud Hamdi Zaqzuq*
Burung-burung
berkicau, pepohonan menari, dedaunan melambai. Begitulah suasana bahagia di
tengah terik siang hari itu tanggal 27 Desember 1933 M di Kampung Dhahrea,
Distrik Syarbin, Provinsi Daqahlea menyambut kelahiran bayi mungil bernama
Mahmud Hamdi Zaqzuq.
Tiada
yang menyangka, bocah kecil itu akan terkenal namanya dari belahan Barat hingga
Timur bumi. Pasalnya dia hanyalah anak yatim miskin. Ayahnya meninggal saat dia
baru berusia tujuh tahun. Posisi pengasuh diambil alih oleh kakak kandungnya,
Mutawalli Zaqzuq.
Kejeniusan
Mahmud mulai nampak sejak belia dengan menghafal Al-Qur’an dan menjuari lomba
tingkat nasional.
Mahmud
mulai mengenyam pendidikan di Pesantren Al-Azhar Dimyath pada tahun ajaran
1946/1947 M. Selama menjadi siswa, ia sangat peka dan kritis dengan realita yang
terjadi di sekitarnya, semua curahan hatinya tentang pengamatan permasalahan ia
tumpah-ruahkan pada catatan harian. Kondisi negara kala itu memang tengah
menghadapi fase-fase genting.
Para
siswa Al-Azhar di Ibtida’i memiliki program-program unggulan, banyak dari
mereka memiliki bakat, keahlian dan kecerdasan mengungkapkan perasaan dalam
bentuk sya’ir. Sebagian berhasil menembuskan karya tulisnya di majalah ternama.
Di antaranya Mahmud Zaqzuq yang menulis di Majalah Ar-Risālah tahun 1953 M dua artikel
berjudul: “Al-Azhar
dan Revolusi”
dan “Iqtibās
dari Al-Qur’an”.
Tahun
1956 M, dia mulai memasuki bangku perkuliahan di Fakultas Bahasa Arab. Fakultas
ini saat itu memiliki dua syu’bah: pertama, syu’bah Ilmu Bahasa dan
Sastra. Kedua, syu’bah Ilmu-Ilmu Filsafat. Mahmud sendiri memilih jurusan kedua.
Disana ia diajar langsung oleh seorang filosof besar Dr. Muhammad Al-Bahi.
Di
luar jam belajar kuliah, Mahmud aktif mengikuti forum-forum yang diisi oleh
para professor, sastrawan dan pujangga yang sering diadakan di beberapa
universitas atau panggung di Kairo. Kairo saat itu terkenal dengan gudang para
budayawan, penyair dan pemikir. Dia sering mendengar tokoh idolanya Abbas
Al-Aqqod, Ahmad Husein Az-Zayyat dan penyair-penyair besar lainnya.
Pada
tahun 1959 M, dia meraih gelar License dari Fakultas Bahasa Arab.
Setahun berikutnya 1960 M, mendapatkan ijazah magister dan sertifikasi mengajar.
Perjalanan
ke Jerman
Sejak
lama, putera kampung ini menyimpan impian belajar di bawah Langit Eropa. Untuk
mencapai impian ini, tentu dia harus memenuhi persyaratan menguasai bahasa
Asing. Karena itu, sore harinya dia aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
pelatihan bahasa Asing yang difasilitasi Al-Azhar mengajarkan Bahasa Inggris,
Prancis, Jerman, Indonesia, Urdu dan Bahasa Teluk.
Kekagumannya
pada sang guru, Dr. Al-Bahi mendorongnya memilih belajar Bahasa Jerman yang dilatih
langsung oleh native speaker. Dia bersungguh-sungguh dan tekun dalam
kursus itu. Sehingga ketika diadakan seleksi lima orang untuk pertukaran
mahasiswa ke Jerman, Mahmud terpilih menjadi yang terbaik dalam pemilihan itu.
Dia pun berangkat menggenggam impiannya ke Jerman 14 Juni 1962 M bersama empat
mahasiswa Al-Azhar Asy-Syarif lain.
Ini
menyadarkan para pembaca semua betapa atensi para tokoh Al-Azhar dan
fleksibelitasnya dalam mendorong pelajarnya untuk menambah bekal ilmu sebanyak-banyaknya
ke belahan bumi manapun. Inilah Al-Azhar yang tidak pernah seharipun menutup
diri dari mengkonservasikan warisan turats dan mengadopsi
perkembangan-perkembangan zaman terbaru. Inilah salah satu faktor Al-Azhar tetap
kokoh sebagai benteng pertahanan ilmu Islam.
Di
Jerman, pertama kali Mahmud terdaftar di Marburg University. Tak lama kemudian,
ia pindah ke Munich University, salah satu universitas ternama di Jerman.
Disana ia mengambil konsentrasi Filsafat.
Sistem
penilitian di sana, peneliti diperkenankan memilih sendiri dosen pembimbingnya.
Maka Mahmud Zaqzuq memilih Prof. Reinhard Laut. Sang professor mengusulkan proyek
penelitian “Metode Skeptisme oleh Rene Descartes dan Al-Ghozali” untuk tema
disertasi. Dia setuju menggarap tema itu dan menjalin kesepakatan dengan
penguji. Karena Mahmud harus banyak merujuk pada karya-karya Al-Ghozali pada risetnya,
sedangkan Prof. Reinhald tidak mengerti bahasa Arab, maka ia menyerahkan kepada
Prof. Anton Butler, seorang orientalis kawakan sebagai pembimbing tambahan.
Dr.
Zaqzuq akhirnya berhasil meraih gelar P.Hd pada Juli 2986 M dengan predikat
Sangat Baik.
Dr.
Zaqzuq dalam Menghadapi Isu Kenegaraan di Barat
Setelah
Jerman mendeklarasikan dukungan untuk Israel tahun 1964 M, hubungan diplomasi
anatar Mesir dan Jerman memburuk. Di Munich terdapat Forum Studi Komunitas
Pelajar Arab. Saat itu, Dr. Zaqzuq dan Dr. Mahmud Fahmi Hijazi menerjemahkan artikel
milik Haikal yang dipublish oleh Al-Ahram berjudul “bi shorāhah”. Artikel
ini berbicara blak-blakan soal hubungan antara Mesir dan Jerman. Forum Studi ini
tak hanya berorientasi di bindang pendidikan, juga politik dan sosial. Walaupun
kondisi demikian, pemerintahan Jerman tidak memutuskan beasiswa untuk pelajar
Arab.
Come-Back
ke Mesir: Jihad Ilmu dan Pena
Sebelum
berangkat ke Jerman, Dr. Zaqzuz telah diterima bekerja di bagian Pusat
Pengembangan Peradaban Islam di Majma’ Al-Buhūts Al-Islamiyyah.
Sepulangnya dari jihad ilmiah di Jerman, dia mendapatkan jabatannya dimutasi
sebagai pengajar di Madrasah Ibtidaiyah. Namun dengan kebijakan Syaikh Abdul
Halim Mahmud, dia dikembalikan sebagai pegawai di Majma’ Al-Buhūts
walau hanya magang yang tidak memiliki pekerjaan pasti. Padahal kalau menetap
di Jerman, prospek kariernya cukup prestisius sebagai dosen di Jurusan
Orientaslisme, namun jiwa nasionalisme mendorongnya memilih kembali ke Tanah
Air.
Tahun
1969 M, Fakultas Ushuluddin Al-Azhar Kairo dan Fakultas Dār Al-‘Ulūm
mengumumkan pembukaan lowongan untuk dosen filsafat. Dia mendaftarkan diri dan
diterima di kedua Fakultas itu. Dengan arahan gurunya Dr. Al-Bahi, beliau mengurungkan
kesepakatan dengan Dār
Al-‘Ulūm untuk fokus mengajar di
Universitas Al-Azhar.
Tahun
1972 dipinjamkan ke Libia sebagai pengajar di Tripoli University, disana
menetap empat tahun lalu kembali ke Mesir.
Tahun
1980 lagi-lagi dipinjamkan ke Qatar, di sana ditetapkan sebagai wakil dekan
Fakultas Syari’ah. Setelah kontraknya habis dan kembali ke negeri, tahun 1987 M
ia ditetapkan sebagai dekan Fakultas Ushuluddin Kairo berdasarkan hasil voting
suara para Profesor.
Selama
menjabat sebagai Dekan, beliau menaruh perhatian besar mengembangkan
perpustakaan, merintis majalah ilmiah fakultas, beliau juga memanfaatkan para
ilmuan pendatang dari Eropa untuk menyampaikan kuliah dan mengorek informasi
dari para orientalis. Tak heran di masanya, banyak ilmuan berdatangan dari
Jerman.
Tak
lama kemudian, turun keputusan menaikkan jabatannya sebagai wakil rektor
Universitas Al-Azhar cabang Banat. Dua bulan kemudian diangkat sebagai Menteri
Wakaf Mesir.
Menjabat
Menteri Agama
Dr.
Mahmud Hamdi Zaqzuq bekerja sebagai menteri wakaf selama lima belas tahun sejak
tahun 1996 M. Sebenarnya guru beliau Prof. Reinhald tidak senang dengan jabatan
ini, karena menurutnya muridnya ini lebih layak dengan kesibukan akademis.
Namun
Dr. Mahmud menyimpan misi besar untuk memperbaiki besar-besaran kementerian
wakaf. Misi ini terlihat berbuah positif selama beliau menjabat, antara lain:
1.
Memperbaiki
pengurusan masjid dan memperindah arsitekturnya
2.
Penertiban dakwah
dengan menerapkan sertifikasi resmi para da’i yang diatur UU No. 238 Tahun 1996
M.
3.
Pengembangan diri
para imam baik dari segi keilmuan maupun tunjangan.
a.
Dari segi
keilmuan mengadakan pelatihan pengembangan Imam dengan diklat dan perkumpulan
di bawah naungan kementerian. Untuk mendorong peningkatan imam ini, sang
menteri membuat sistem kenaikan pangkat dengan empat tingkatan.
b.
Dari segi
tunjangan, sang menteri mengupayakan kenaikan gaji imam. Pada 2007 setiap imam
digaji 100 LE perbulan, tahun 2009 naik menjadi 200 LE dan tahun 2010 bertambah
lagi menjadi 250 LE.
4.
Mengembangkan
dana wakaf dengan mengivestasikannya.
5.
Meningkatkan
kinerja Al-Majlīs
Al-A’lā
li Asy-Syu’ūn
Al-Islāmiyyah
sebagai mimbar keilmuan dan pemikiran. Semua programnya ini terealisasi dengan
apik. Di antaranya dengan merangkul semua masjid swasta di bawah pengurusan
kementerian wakaf sejumlah 6000 masjid dalam setahun.
6.
Menjaga masjid
dari upaya pengrusakan dengan UU No. 113 Tahun 2008 M pelarangan demonstrasi di
lantai dan emperan Masjid. Kala itu marak dilakukan demonstrasi sampai
menginjak kesakralan Masjid dengan sepatu, termasuk Masjid Al-Azhar. Bahkan
keadaan memarah sampai penyerangan kepada pribadi Grand Syaikh Imam Al-Akbar
Muhammad Sayyid Thanthawi.
7.
Memperbaiki pengelolaan
harta pembayaran diyat narapidana yang serig dijadikan sasaran empuk oleh
orang-orang yang tidak takut kepada Allah.
8.
Membangun
perpustakaan umum di Masjid-Masjid besar.
9.
Memberi perhatian
besar pada aspek pendidikan dan keilmuan dengan memperbanyak pengadaan
seminar-seminar keilmuan, lebih spesifiknya Kantor Urusan Tertinggi Urusan Islam mengadakan lima belas konferensi
besar pertahun bertema: Islam dan Masa Depan Peradaban, Demografi Islam Abad
ke-25, Resolusi Peradaban sebagai Kebangkitan Dunia Islam, Islam dan
Perubahan-Perubahan Zaman, Pembaharuan Pemikiran Islam, Meneguhkan Identitas Islam
di Dunia yang Berubah-Ubah, Masa Depan Umat Islam, Toleransi dalam Kultur Islam,
Problematika Dunia Islam Era Globalisasi dan Solusinya, Rekonstruksi Keamanan
Sosial dalam Persefektif Islam, Pembaharuan Pemikiran Islam, Maqāshid asy-Syarī’ah al-Islamiyah,
Isu-Isu terkini dan Sakralitas dalam Agama dan Sejarah.
10. Menerbitkan
banyak ensiklopedia besar yang disusun oleh para Ulama besar, di antaranya:
a.
Ensiklopedia
Spisesial Al-Qur’an: 900 halaman.
b.
Ensiklopedia Ilmu
Hadits: 1051 halaman.
c.
Ensiklopedia
Tokoh-Tokoh Pemikir Islam: 1211 halaman.
d.
Ensiklopedia
Peradaban: 983 halaman.
e.
Ensiklopedia
Pengaturan Syari’at Islam: 783 halaman.
f.
Ensiklopedia Sekte-Sekte
dan Madzhab-Madzhab di Dunia Islam: 886 halaman.
g.
Ensiklopedia
Thasawuf Islam: 808 halaman.
h.
Ensiklopedia
Filsafat Islam: 1054 halaman.
i.
Ensiklopedia
Aqidah Islam; 1235.
11. Kementerian
saat itu melakukan langkah nyata menyebarkan pemahaman Islam yang lurus. Majlīs al-A’lā li Asy-Syu-ūn Al-Islāmiyah sebagai
ujung tombak menerbitkan banyak proyek signifikan:
a.
Terjemahan
Ma’na-Ma’na Al-Qur’an ke Bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Spanyol,
Indonesia dengan dibagi secara gratis.
b.
Buku berjudul “Klarifikasi
Islam Menjawab Serangan-Serangan Para Promotor Keraguan”, dalam 670 halaman.
c.
Buku-buku saku
tentang pelurusan pemahaman yang keliru, seperti Membongkar Terorisme, Salaf
dan Salafiyah, Cadar, Khitan dan lainnya.
Kementerian
Agama di bawah kendalinya juga melakukan program unggulan di antaranya:
1.
Membeli saham
pabrik pembuatan karpet masjid di Damanhur, menjadi pusat pemroduksian
karpert-karpet dengan kualitas tinggi.
2.
Menginvestasikan
dana wakaf dengan membeli 50.000 are lahan di Uwainah Timur (bagian Barat Daya
Mesir) dikelola dengan baik dan memberi pemasukan besar.
3.
Membangun Nur
Mubarok Egypt University of Islamic Culture di Kazakhstan seluas 6000 m2
di Kota Besar Almaty.
4.
Menyelesaikan Rumah
Sakit khusus pengobatan para Da’i estafet dari menteri sebelum beliau masih
batu-batu pondasi. Di masa itu, rumah sakit ini termasuk rumah sakit termewah
di Mesir.
15
tahun menjabat bukan waktu singkat, namun beliau menyelesaikan tugasnya dengan
tangan yang bersih dan jiwa suci tanpa tersentuh satu kasuspun.
Karya-Karya
Cendikiawan
besar ini produktif menyusun karya-karya ilmiah. Adapun Karya berbahasa Arab
terhitung mencapai 29 buah kitab:
1.
Tamhīd li al-Falsafah (Pengantar
Ilmu Filsafat)
2.
Al-Manhaj
Al-Falsafi baina Al-Ghozāli
wa Dīkart
(Metodologi
Filosofis Persefektif Al-Ghozali dan Rene Descartes)
3.
Al-Istisyrāq wa al-Kholfiyyah
al-Fikriyyah li Ash-Shirā’ Al-Hadhōri (Orientalisme
dan Keterbelakanagan Pemikiran dalam Konteks Pergulatan Peradaban)
4.
Ad-Dīn wa Al-Hadhōroh (Agama
dan Peradaban)
5.
Haqōiq Islāmiyah fī Muwājahati Hamalāt At-Tasykīk (Sikap
Islam dalam Menghadapi Para Pembuat Keraguan)
6.
Dirāsat fī al-Falsafah al-Hadītsah (Studi
Filsafat Modern)
7.
Madhkol fī al-Falsafah
al-Islamiyyah (Pengantar Ilmu Filsafat Islam)
8.
Muqoddimah fi
‘Ilmi al-Akhlāq
9.
Muqoddimah fī al-Falsafah al-Islamiyyah
10. Al-Islām
fī Mir-āti al-Fikr al-Gharbiy (Islam
dalam Kaca Mata Pemikiran Barat)
11. Al-Islām
fī ‘Ashri al-‘Aulamah (Islam
di Era Globalisasi)
12. Al-Hadhārah
Farīdhah
Islamiyyah
13. Al-Islām
wa Qadhāya
al-Hiwār
14. Al-Islām
wa al-Gharb
15. Humūm
al-Ummah al-Islamiyyah
16. Al-Insān
wa Al-Qiyam fī
At-Tashowwur Al-Islāmi
17. Tsalāts
Rosā-il
fī al-ma’rifati li al-Imām Al-Ghozāli: Tahqīq wa Dirāsah
18. Al-Islām
fī Tashowwurāt al-Gharb
19. Al-Islām
wa Musykilāt
al-Muslimīn
fī Almania
20. Al-Islām
wa Qadhāya
al-‘Ashr
21. min A’lām
al-Fikr al-Islāmi
al-Hadīts
22. Al-Islām
wa Qadhāya
al-Insān
23. Maqāshid
asy-Syarī’ah
al-Islāmiyyah
24. Mafātih
al-Hadhārah
wa Tahaddiyyat al-‘Ashr
25. Al-Fikr ad-Dīni wa Qadhāyā al-Ummah al-Islāmiyyah
26. Al-Muslimūn
fi Muftaraq ath-Thuruq
27. Al-Fikr ad-Dīni wa Qadhāya al-‘Ashr
28. Ad-Dīn
li al-Hayāh
Karya
dan Terjemahan dalam Bahasa Asing:
1.
Berbahasa Jerman
ada empat kitab:
a.
Studi
Perbandingan Aliran Filsafat Al-Ghozali dengan Aliran Filsafat Descartes
b.
Mengenal Islam
c.
Isu-Isu Tentang Islam
d.
Islam dan
Perbincangan Aktual
2.
Buku-buku beliau
yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris:
a.
Sikap Islam
Menghadapi para Promotor Keraguan Agama
b.
Memahami Tujuan dalam
Pensyari’atan dan Urgensi Pembaharuan
c.
Peran Islam dalam
Mengembangkan Pemikiran Filsafat
d.
Relasi Kulturan
Dunia Islam dan Barat
e.
Perdamaian dalam
Kacamata Islam
3.
Buku-buku beliau
yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Prancis:
a.
Sikap Islam
Menghadapi para Promotor Keraguan Agama
b.
Dialog Muslim dan
Kristiani
c.
Dialog Tematik
bersama Paus Vatikan
4.
Terjemahan ke
Bahasa Caucasus:
a.
Sikap Islam
Menghadapi para Promotor Keraguan Agama
b.
Islam dan Isu-Isu
Aktual
d.
Terjemahan ke
Bahasa Rusia, Thailand, Spanyol dan Indonesia: Sikap Islam Menghadapi para
Promotor Keraguan Agama
5.
Terjemahan ke
Bahasa Turki dan Indonesia: Orientalisme dan Keterbelakanagan Pemikiran dalam
Konteks Pergulatan Peradaban
6.
Terjemahan ke
Bahasa Bosnia: Studi Perbandingan Aliran Filsafat Al-Ghozali dengan Filsafat
Descartes
Selain
itu, beliau juga mengalih-bahasakan buku berbahasa Jerman ke Bahasa Arab, di
antaranya:
a.
Buku Pengantar
Pemikiran Filsafat karya Buchinsky
b.
Tim Penerjemah
kitab Sejarah Sastra Arab karya Bruckelman.
Penghargaan-Penghargaan
Dr.
Zaqzuq dianugerahi banyak penghargaan atas berbagai prestasi gemilangnya, di
antaranya:
1.
Penghargaan
Negara atas jasa dalam Ilmu Sosial: 1997 M
2.
Bintang
kehormatan dari Republik Jerman
3.
Bintang
kehormatan Nomor 1 atas konstribusi pengembangan ilmu dan skill: 2014 M
4.
Penghargaan
Internasional dari Presiden Tunis atas Konstribusi dalam Ilmu-Ilmu Islam: 2003
M.
Tergabung
dalam kenggotaan di berbagai lembaga-lembaga keilmuan, di antaranya:
1.
Anggota Pusat
Riset Islami
2.
Anggota Dewan
Ulama Senior Al-Azhar Asy-Syarif
3.
Anggota Majelis
Cendikiawan Muslimin
4.
Ketua Ikatan
Filsafat selama 20 tahunan sampai sekarang
5.
Anggota Lembaga
Intelektual Mesir
6.
Anggota Ikatan
Penulis Mesir
7.
Anggota Pembina Akademi
Eropa dalam pengembangan Ilmu dan Skill di Salzburg, Austria.
Dr.
Zaqzuq memiliki banyak jam terbang menyampaikan kuliah di forum-forum keilmuan
dan wawasan di kota-kota Eropa. Sampai sekarang konstribusi untuk umat tetap
deras. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan memanjangkan umurnya.
Diterjemahkan
oleh: Muhammad Zainuddin Rz
Komentar